Shinta Kamdani Analogikan Kondisi Ekonomi ASEAN Bak Lampu Lalu Lintas

Untuk mudahkan pengkategorian tantangan yang dihadapi ASEAN.

Shinta Kamdani Analogikan Kondisi Ekonomi ASEAN Bak Lampu Lalu Lintas
Wakil Ketua Umum KADIN, Shinta W. Kamdani. (dok. KADIN)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Chair Forum Bisnis G20 (B20), Shinta Kamdani, menganalogikan kondisi ekonomi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) ke dalam pengkategorian warna layaknya lampu lalu lintas.

Menurut Shinta, lampu hijau mengindikasikan kemajuan dan pencapaian ASEAN yang harus dikembangkan lebih lanjut. Lampu kuning menjadi tanda ASEAN harus berhati-hati di tengah berbagai peristiwa geopolitik yang mengguncang ekonomi dunia. Sedangkan, lampu merah menunjukkan berbagai hal yang harus dihentikan demi stabilitas ekonomi kawasan.

“Saya menyampaikan (kondisi ASEAN) dalam perumpamaan lampu lalu lintas,” ujar Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri ini, di World Economic Forum Annual Meeting 2022 Strategic Outlook on ASEAN di Davos, Swiss, Kamis (26/5).

Pencapaian lampu hijau yang terus dilanjutkan

Ilustrasi lampu hijau. (Pixabay/NadineDoerle)

Kondisi lampu hijau di ASEAN, menurut Shinta, berkenaan dengan pergerakan kawasan untuk menjadi entitas regional yang sangat menekankan pembangunan hijau. “Upaya kawasan melalui ASEAN Climate and Energy Project dan 2050 net zero target serta Working Group on Climate Change telah merangkul lebih banyak kerja sama strategis dengan negara-negara unggulan environmental di seluruh dunia,” ujarnya.

Selain itu, ASEAN juga telah bekerja keras untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi intraregional. Kedua hal ini pun terus didorong di bawah Presidensi G20 Indonesia dan khususnya dalam cakupan B20.

Lampu kuning ingatkan untuk hati-hati

Ilustrasi lampu kuning. (Pixabay/Alexas_Fotos)

Shinta mengatakan bahwa ada dua hal yang masuk ke dalam indikator lampu kuning terkait kondisi perekonomian di ASEAN. Pertama, kepentingan dan prioritas negara-negara ASEAN yang berbeda dan menyebabkan perbedaan arah kerja dalam mengelola integrasi regional. Hal ini mencakup kesenjangan tingkat pendapatan, seperti yang terjadi antara Singapura dan Kamboja.

Kedua, masalah dinamika perubahan politik dalam negeri yang bisa berdampak pada kerja sama ekonomi kawasan. Menurut Shinta, ASEAN harus berhati-hati, terutama pada dinamika yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Lampu merah dan sikap optimistis

Ilustrasi lampu merah (Pixabay/Kalhh)

Shinta mengatakan, perang Rusia-Ukraina menjadi sebuah pengingat bagi negara-negara di kawasan ASEAN untuk tidak terlalu bergantung pada barang, jasa, dan modal negara mana pun. Dalam konteks kawasan, tentu krisis global seperti perang Rusia-Ukraina bisa mempengaruhi konsumsi kawasan dan stabilitas rantai pasok.

Namun demikan, Shinta percaya bahwa forum G20 dan B20 dalam Presidensi Indonesia, dapat memberikan pengaruh signifikan pada ekonomi global, termasuk di ASEAN. “Saya optimistis bahwa kami dapat membawa perubahan mendasar pada momentum pemulihan ini,” ucapnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan