Varian Baru Covid-19 Terdeteksi di Afrika Selatan

Varian baru yang lebih berbahaya ini disebut B.1.1.529.

Varian Baru Covid-19 Terdeteksi di Afrika Selatan
Ilustrasi mutasi virus. (Pixabay)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Varian baru virus Covid-19 terdeteksi di Afrika Selatan. National Institute for Communicable Diseases (NICD) menemukan 22 kasus positif. Walaupun baru ditemukan dalam jumlah kecil, namun varian baru yang disebut B.1.1.529 ini memiliki karakteristik yang mengkhawatirkan. Sebab, varian tersebut dapat mengelak dari respons imun tubuh dan membuatnya semakin menular.

Tulio de Oliviera, peneliti dari Jaringan Pengawasan Genomik di Afrika Selatan, mengatakan varian tersebut juga telah terdeteksi di Botswana dan Hong Kong, dibawa oleh para pelancong Afrika Selatan. “Varian ini memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi,” katanya seperti dikutip Al Jazeera (25/11). “Sayangnya, ini menyebabkan adanya peningkatan infeksi.”

Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Joe Phaahla mengatakan kemunculan varian baru ini menjadi perhatian serius.  Menurutnya, kejadian ini adalah ancaman besar bagi negaranya karena menjadi bagian dari peningkatan kasus infeksi. Namun, pihaknya merasa masih terlalu dini untuk memberlakukan pembatasan ketat pada berbagai kegiatan masyarakat.

Ini varian yang lebih berbahaya

Varian B.1.1.529 memang diperkirakan lebih mengancam daripada varian-varian sebelumnya. Oliveira menyatakan telah terjadi lebih dari 30 mutasi pada protein lonjakan yang mempengaruhi penularan. “Kita bisa melihat bahwa varian ini berpotensi menyebar sangat cepat. Kami berharap untuk mulai melihat tekanan dalam sistem perawatan kesehatan dalam beberapa hari dan minggu ke depan,” katanya.

Peneliti Richard Lessells mengatakan beberapa hari dan minggu mendatang akan menjadi kunci untuk menentukan tingkat keparahan varian. Sejauh ini, penyebaran varian tersebut sebagian besar terlihat di kalangan anak muda.

“Apa yang membuat kami khawatir adalah bahwa varian ini mungkin tidak hanya meningkatkan penularan, sehingga menyebar dengan lebih efisien. Tetapi, mungkin juga dapat mengatasi bagian-bagian dari sistem kekebalan dan perlindungan yang kita miliki dalam sistem kekebalan kita,” katanya.

Sementara itu, Profesor Helen Rees, dari Kelompok Penasihat Teknis Imunisasi Regional Afrika WHO, mendesak orang untuk tidak panik. “Kami mencoba mengidentifikasi seberapa luas penyebarannya. Akan ada banyak pekerjaan untuk melihat: Apakah lebih menular? Apakah ini terkait dengan tingkat keparahan penyakit yang lebih parah? Apakah itu membuat vaksin menjadi kurang efektif?” ujarnya.

Peningkatan kasus Covid-19

NICD menyatakan pada Kamis (25/11), kasus yang terdeteksi sekaligus persentase yang positif saat melakukan tes meningkat dengan cepat. Peningkatan ini terutama terjadi di tiga Provinsi, yakni Gauteng, Johannesburg, dan Pretoria, Ibu Kota Afrika Selatan. Bahkan, baru-baru ini, sebuah klaster baru teridentifikasi di sebuah lembaga pendidikan tinggi di Pretoria.

“Meskipun datanya terbatas, para ahli kami bekerja lembur dengan semua sistem pengawasan yang ada untuk memahami varian baru dan apa implikasi potensialnya,” kata NICD dalam keterangan yang dikutip Al Jazeera.

Sejak awal pandemi, Afrika Selatan telah mencatat sekitar 2,95 juta kasus Covid-19, yang 89.657 di antaranya akhirnya meninggal. Pada Rabu (24/11), infeksi harian melonjak menjadi lebih dari 1.200 kasus, angka ini naik dari sekitar 100 pada awal bulan ini.

Sebelumnya, pihak berwenang memang sudah memperkirakan gelombang keempat akan melanda Afrika Selatan pada pertengahan Desember. Perkiraan ini didukung oleh peningkatan kepergian masyarakat menjelang musim perayaan.

Berbagai pembatasan setelah munculnya varian baru

Menanggapi kemunculan varian baru virus corona, Inggris segera mengumumkan penangguhan sementara semua penerbangan dari Afrika Selatan, Namibia, Lesotho, Eswatini, Zimbabwe dan Botswana, mulai Jumat. Kebijakan ini menjadi bagian dari tindakan pencegahan di tengah kekhawatiran munculnya varian baru.

Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid, mengatakan varian baru ini memang belum ditemukan di Inggris, namun para ilmuwan Inggris sudah sangat mengkhawatirkannya. "Indikasi awal yang kami miliki tentang varian ini adalah mungkin lebih menular daripada varian Delta dan vaksin yang kami miliki saat ini mungkin kurang efektif untuk melawannya," ujarnya.

Israel diketahui juga memberlakukan larangan perjalanan terkait enam negara itu, ditambah Mozambik. Negara-negara ini masuk dalam daftar merah berisiko tertinggi setelah varian baru diumumkan. Ini berarti orang Israel dilarang bepergian ke negara-negara Afrika selatan, sementara warga negara-negara itu tidak akan diizinkan masuk ke Israel.

Sementara itu, Australia mengatakan sedang menyelidiki strain dan dapat menutup perbatasannya dengan negara-negara itu, tergantung pada saran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). “Seperti biasa, kami fleksibel. Dan jika saran medisnya adalah bahwa kami perlu mengubahnya, kami tidak akan ragu," kata Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt.

Diketahui, kelompok kerja teknis WHO sendiri baru akan bertemu di hari Jumat, untuk menilai varian baru dan memutuskan apakah akan memberikan nama kode dari alfabet Yunani atau tidak.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Saham Anjlok, Problem Starbucks Tak Hanya Aksi Boikot
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M