Indeks Harga Pangan Dunia Naik Lebih dari 30 Persen

Tiap bulan indeks harga pangan selalu naik.

Indeks Harga Pangan Dunia Naik Lebih dari 30 Persen
ANTARA FOTO/Rahmad
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indeks harga pangan dunia yang disiapkan oleh Badan Pangan Dunia atau FAO naik 3,9 persen dari September. Ini bulan ketiga secara berturut-turut indeks tersebut mengalami kenaikan. Demikian informasi yang dilansir laman resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Kamis (4/11).

Secara tahunan, indeks tersebut melonjak lebih dari 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dan membuatnya bertengger lebih tinggi dari kedudukan pada Juli 2011. 

Harga sereal secara keseluruhan naik 3,2 persen—menyusul lima persen kenaikan harga gandum—karena berkurangnya panen di negara-negara pengekspor utama seperti Kanada, Rusia, dan Amerika Serikat.

Indeks harga minyak sayur naik 9,6 persen dan menjadikan kenaikan tersebut tertinggi dalam sejarahnya. Selain itu, indeks harga susu naik 2,6 poin karena meningkatnya permintaan akan mentega, bubuk susu skim dan bubuk susu murni secara mondial. 

Turunnya pembelian daging babi dari Cina dan daging sapi dari Brasil menurunkan indeks harga daging selama tiga bulan secara berturut-turut. Namun, harga daging unggas dan kambing naik. 

Selain itu, cuaca buruk di berbagai tempat memberikan tekanan pada pasokan makanan dan harga. Walhasil, akibat turunannya adalah rantai produksi yang memanjang, kelangkaan pekerja, dan ongkos melambung. 

Makanan dan iklim

Produksi, distribusi, dan konsumsi pangan memanfaatkan sepertiga energi dunia, demikian laporan PBB dari sela-sela konferensi perubahan iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, pekan lalu. 

Upaya pemenuhan kebutuhan pangan global pun meningkatkan sepertiga emisi gas rumah kaca. Karena itu, butuh solusi untuk menyiasati perkara dimaksud.

Salah satu contohnya adalah penggunaan irigasi berbasis tenaga surya. Di India, pemakaian pompa irigasi bertenaga surya meningkatkan pemasukan petani hingga 50 persen ketimbang hanya memanfaatkan sistem tadah hujan. Di Rwanda, tingkat panen petani kecil naik kira-kira sepertiga dari sebelumnya.   

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Maret 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

17 Film Termahal di Dunia, Memiliki Nilai yang Fantastis
Ada Modus Bobol Akun Bank via WhatsApp, Begini Cara Mitigasinya
Bea Cukai Kembali Jadi Samsak Kritik Warganet, Ini Respons Sri Mulyani
Rumah Tapak Diminati, Grup Lippo (LPCK) Raup Marketing Sales Rp325 M
Bahlil: Apple Belum Tindak Lanjuti Investasi di Indonesia
Stanchart: Kemenangan Prabowo Tak Serta Merta Tingkatkan Investasi