Monopoli Bikin Jasa Antar Makanan Tiongkok Didenda Rp7,6 Triliun

Upaya melahirkan persaingan sehat serta antimonopoli.

Monopoli Bikin Jasa Antar Makanan Tiongkok Didenda Rp7,6 Triliun
Meituan Waimai Food Delivery. Shutterstock/Andy Feng
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Meituan, platform daring jasa pengantaran makanan papan atas di Tiongkok, didenda sebesar 3,42 miliar yuan atau setara Rp7,6 triliun. Otoritas negara tersebut menerapkan sanksi atas pelanggaran undang-undang antimonopoli.

Denda tersebut setara dengan 3 persen dari total pendapatan Meituan selama 2020 senilai 114,7 miliar yuan, menurut keputusan Badan Regulasi Pasar Tiongkok (SAMR) di laman resminya, dikutip dari ANTARA, Senin (9/10). Lembaga pengawas persaingan usaha itu mulai menyelidiki kasus tersebut pada April lalu.

Praktik monopoli dan tuntutan pengembalian dana

Ilustrasi jasa pengantaran makanan. Shutterstock/Halytskyi Olexandr

Mereka menemukan bahwa Meituan memaksa pelapak yang menjadi mitranya untuk menandatangani kesepakatan kerja sama secara eksklusif. Perusahaan tersebut juga kedapatan melakukan sejumlah pelanggaran lain. 

Berbagai pelanggaran dinilai cukup fatal, seperti meminta mitra membayar deposit dan menyiasati teknologi berbasis data dan algoritma, sehingga mitra tak diberi kesempatan untuk memilih platform selain Meituan. 

“Tindakan itu bisa melemahkan inovasi dan dinamika persaingan antarpenyedia jasa serta mengganggu kepentingan pedagang dan pelanggan,” kata SAMR. 

SAMR memerintahkan Meituan untuk menghentikan segala praktik ilegal dan mengembalikan deposit senilai 1,29 miliar atau sekitar Rp2,8 triliun kepada para mitra.

Meituan juga disarankan untuk memperbaiki kesalahannya secara komprehensif, termasuk meningkatkan mekanisme pemberian komisi dan aturan algoritma, serta melindungi bisnis katering skala kecil dan menengah. SAMR juga mewajibkan perusahaan tersebut untuk segera menyerahkan laporan perbaikan dalam tiga tahun ke depan.

Perkembangan aplikasi pengiriman makanan di Tiongkok

Dok. businessofapps

Dari hampir tidak ada satu dekade lalu, pasar pengiriman makanan di Tiongkok telah berkembang menjadi yang terbesar di dunia. Laporan “Food Delivery App Report 2021 dari Business of Apps mencatat Ele.me dan Meituan Dianping mengontrol lebih dari 90 persen dari semua pengiriman makanan di negara ini. Keduanya pun menyiapkan platform canggih—yang memiliki overhead jauh lebih rendah daripada aplikasi pengiriman makanan di Barat.

Pasar pengiriman makanan Tiongkok ibarat pertempuran dua perusahaan teknologi terbesar di negara itu: Tencent dan Alibaba. Alibaba mengakuisisi Ele.me pada 2018, sementara Tencent adalah pemegang saham terbesar di Meituan Dianping, dengan 20 persen saham di perusahaan tersebut.

Dari sisi pengguna aplikasi, pada 2018 tercatat 400 juta pengguna, pada 2019 ada 550 juta pengguna, dan mencapai 650 juta pengguna pada 2020.

Pendapatan aplikasi pengiriman di Tiongkok terus meningkat setiap tahun. Pada 2018 tercatat U$ 27,8 miliar, pada 2019 US$ 40,2 miliar, dan pada 2020 mencapai $ 51,5 miliar. Diproyeksikan pendapatan aplikasi pengiriman makanan di Tiongkok pada 2024 menyentuh US$ 88 miliar dan US$100 miliar pada 2025.

Related Topics

AplikasiFood Delivery

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M