Farmasi Global Butuh Waktu Sesuaikan Vaksinnya Terhadap Omicron

Vaksin berplatform mRNA dinilai lebih cepat diformulasikan.

Farmasi Global Butuh Waktu Sesuaikan Vaksinnya Terhadap Omicron
Shutterstok/ wisely
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melabeli mutasi terbaru COVID-19 sebagai Omicron pekan lalu (26/11), lembaga tersebut bekerja dengan mitra teknis guna memahami seberapa efisien daftar vaksin dunia bekerja melawannya. Sebab, menurut WHO, Omicron dua kali kali lipat lebih berbahaya ketimbang Delta, dan diindikasikan bakal lolos dari perlindungan vaksin generasi saat ini.

Sejak kemunculannya di Afrika Selatan pekan lalu, Omicron memicu perlombaan global di antara para ilmuwan dan pembuat obat untuk menentukan apakah akan menjadi lebih parah ketimbang varian sebelumnya. Para ahli menyatakan setidaknya butuh beberapa pekan untuk benar-benar memahami seberapa baik vaksin membentengi penerimanya dari Omicron.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui efektivitas vaksin generasi kiwari?

“Mungkin dalam beberapa minggu kita akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang seberapa banyak (Omicron) menyebar dan betapa perlunya mendorong maju dengan varian vaksin,” kata Ahli Biologi Evolusioner dari Fred Hutchinson Cancer Research Center Seattle kepada New York Times, seperti dikutip Fortune.com pada Selasa (30/11)

Perusahaan bioteknologi asal Jerman BioNTech, dan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat Pfizer menyatakan batch pertama data uji laboratorium tentang Omicron dan interaksi vaksinnya akan tersedia pada—atau sebelum—10 Desember 2021.

“(Data akan menunjukan apakah Omicron) varian pelarian yang mungkin memerlukan penyesuaian vaksin kami jika menyebar secara global," kata pernyataan itu. BioNTech dan Pfizer mengatakan bahwa formulasi vaksin mRNA mereka akan siap dalam enam pekan. 100 hari setelah itu, vaksin akan diluncurkan secara luas. 

Perusahaan farmasi lain asal AS, Moderna, mengatakan sedang mempelajari sejumlah varian yang jadi perhatian sejak awal tahun. Firma tersebut sedang bekerja cepat untuk menguji kemampuan dosis vaksin saat ini untuk menetralkan varian Omicron. Dalam beberapa pekan mendatang, diharapkan telah ada hasilnya.

“Mutasi pada varian Omicron mengkhawatirkan, dan selama beberapa hari kami telah bergerak secepat mungkin untuk menjalankan strategi kami untuk mengatasi varian ini,” kata CEO Moderna Stéphane Bancel dalam pernyataannya, Jumat (26/11).

Seberapa melindungi vaksin saat ini terhadap Omicron?

Menurut Moderna, Omicron menimbulkan risiko signifikan karena mempercepat penurunan kekebalan alami, atau kekebalan yang dihasilkan dari vaksin.  Namun, pembuat vaksin asal Amerika ini menyebut vaksin generasi sekarang memiliki beberapa kemanjuran. Pada Minggu, Kepala Petugas Medis Moderna, Paul Burton, saat acara Andrew Marr Show BBC mengatakan bahwa orang yang divaksinasi ganda atau tiga kali akan lebih terlindungi dari Omicron. “Tetapi itu tergantung pada jarak antara vaksinasi awal Anda, atau telah mendapatkan booster,” tuturnya.

Ahli virologi Tony Cunningham dari The Westmead Institute Australia mengatakan bahwa para ilmuwan akan menyelidiki apakah antibodi pelindung vaksin saat ini cukup melindungi terhadap Omicron.

Dengan adanya vaksin dari BioNTech/Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca, kata Cunningham, seharusnya dapat mengurangi keparahan apabila terinfeksi varian Omicron.  “Itu jelas bisa menulari orang yang diimunisasi,” katanya. “Tapi ingat, kita hanya membutuhkan sedikit antibodi untuk melindungi dari penyakit parah,” katanya seperti dikutip Fortune.com.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan guna memformulasi ulang vaksin Covid-19?

Moderna mengatakan sekarang sedang menguji tiga booster yang ada terhadap galur Omicron, serta mengajukan kandidat booster khusus Omicron. “Ini menunjukkan kemampuan untuk memajukan kandidat baru ke pengujian klinis dalam 60 hingga 90 hari," katanya dalam pernyataan yang sama.  

Jika Moderna membuat booster vaksin baru secara khusus untuk varian Omicron, diperkirakan akan diluncurkan pada awal 2022 dalam jumlah yang cukup besar. “(Hal) yang luar biasa tentang vaksin mRNA (dan) platform Moderna adalah bahwa kita dapat bergerak sangat cepat,” kata Burton, Minggu (28/11).

Secara teori, vaksin berbasis mRNA—seperti dari BioNTech/Pfizer dan Moderna—dapat dimodifikasi dalam waktu singkat. Wakil presiden dan kepala petugas ilmiah Pfizer, Philip Dormitzer, mengatakan kepada The Atlantic pada Maret lalu bahwa teknologi mRNA menarik, sebab dengan kecepatan dan fleksibilitasnya yang luar biasa. “Anda dapat mengedit mRNA dengan cepat,” ujarnya.

Ketika pandemi COVID-19 dimulai, Pfizer dan BioNTech dapat menyesuaikan program penelitian dan pengembangan flu mereka terhadap virus corona. “Ini adalah kasus para peneliti kami menukar protein flu dengan protein lonjakan virus corona. Ternyata lompatannya tidak terlalu besar,” kata Dormitzer.

Vaksin vektor virus adenovirus seperti dari Johnson & Johnson (J&J) Janssen dan pembuat vaksin Inggris AstraZeneca kemungkinan akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk diperbarui. J&J mengatakan sedang menguji kekuatan vaksinnya terhadap varian baru.

Sementara itu, AstraZeneca menyebut sedang mengumpulkan data di Botswana dan Eswatini untuk lebih memahami jenis baru, dan bagaimana interaksinya dengan vaksin perusahaan.

Pada akhirnya, investor nampaknya lebih percaya kepada pembuat vaksin yang paling banyak digunakan saat ini—terutama yang berbasis mRNA—karena varian Omicron yang baru. Pada penutupan perdagangan Jumat (26/11), saham BioNTech melonjak 14 persen, sementara saham Pfizer naik 6 persen. Saham Moderna naik hampir 21 persen.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen