Indonesia Sepakat Impor Gandum Serbia Setelah Terdampak Perang

Serbia berkunjung ke Indonesia untuk menjalin kerja sama.

Indonesia Sepakat Impor Gandum Serbia Setelah Terdampak Perang
Pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dengan Menteri Luar Negeri Serbia Nikola Selakovic di Pejambon, Jakarta, Senin (23/5). (Dok. Kemlu).
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Serbia, Nikola Selakovic, pada Senin (23/5). Keduanya sepakat meningkatkan hubungan bilateral di berbagai bidang.

Retno dan Selakovic mengidentifikasi kerja sama yang perlu diperkuat, salah satunya adalah bidang ketahanan pangan. Serbia dan Indonesia berbagi keprihatinan atas dampak perang Ukraina terhadap kenaikan harga pangan.

"Untuk tujuan ini, kami sepakat meningkatkan kerja sama perdagangan komoditas pangan atau pertanian, khususnya gandum," kata Retno dalam keterangan persnya.

Salah satu BUMN, PT Berdikari dan mitra bisnisnya dari Serbia disebut telah menunjukkan kesiapan untuk memfasilitasi ekspor gandum Serbia ke Indonesia. Selakovic dijadwalkan bertemu dengan PT. Berdikari untuk membahas kerja sama ini lebih terperinci.

Langkah impor Indonesia dari Serbia ini tak lama setelah India memutuskan untuk menghentikan ekspor gandum ke luar negeri.

India saat ini tercatat sebagai produsen gandum terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Namun, sejak 13 Mei 2022, pemerintah India secara resmi memberlakukan kebijakan larangan ekspor gandum dengan alasan untuk mengelola ketahanan pangan domestik yang terganggu akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Pada saat yang sama, hasil produksi atau panen gandum India sendiri mengalami krisis. Hal ini tak lain disebabkan fenomena gelombang panas yang melanda sebagian besar wilayah India pada pertengahan Maret 2022.

Pemerintah India yang sebelumnya menargetkan hasil panen gandum 111,32 juta ton pun terganggu. Lebih-lebih India saat ini sedang menghadapi tekanan inflasi pada April 2022 yang naik hingga 7,79 persen.

Dalam kesepakatan terbaru dengan Serbia, Retno tidak memerinci berapa jumlah gandum yang akan diimpor. Namun, dia menjelaskan kerja sama Indonesia dan Serbia menunjukkan tren positif di tengah pandemi.

Perdagangan Indonesia-Serbia

Pada 2021, perdagangan bilateral bisa mencapai  US$26,8 juta. Investasi outbound Indonesia di Serbia bernilai lebih dari  US$11 juta terus berkembang dan bahkan menembus lebih jauh ke pasar Uni Eropa, termasuk produksi dan distribusi mi instan dan perkebunan budidaya jamur. 

CPO Indonesia untuk Serbia

Selain gandum, Jokowi dan Selakovic juga membahas jumlah ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari Indonesia ke Serbia yang mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Menurut Retno, saat ini impor CPO Serbia dari Indonesia persentasenya sudah mencapai 30 persen.

"Jadi 30 persen impor CPO Serbia dari luar adalah CPO dari Indonesia," tutur Retno.

Serbia butuhkan tenaga kerja Indonesia

Terakhir, Retno menyebut, Jokowi dan Menlu Serbia juga membahas keinginan Serbia untuk dapat mengambil tenaga kerja setengah terlatih dari Indonesia untuk mengisi beberapa bidang pekerjaan seperti konstruksi, makanan dan minuman, hingga hotelier.

"Saya mengharapkan dukungan Serbia untuk memastikan perlindungan dan kepastian hukum yang lebih baik bagi pekerja migran Indonesia," ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Daftar BRImo Secara Online Tanpa ke Bank, Ini Panduannya
Jumlah Negara di Dunia Berdasarkan Keanggotaan PBB
Erick Thohir Buka Kemungkinan Bawa Kasus Indofarma ke Jalur Hukum
Daftar Emiten Buyback Saham per Mei 2024, Big Caps!
Pacu Dana Murah, CASA BTN Capai 50,1%
Pabrik BATA Purwakarta Tutup, Asosiasi: Pasar Domestik Menantang