Kelebihan Stok, Indonesia Akan Ekspor Beras ke Tiongkok dan Arab Saudi

Permintaan ekspor beras terbesar dari Tiongkok 2,4 juta ton.

Kelebihan Stok, Indonesia Akan Ekspor Beras ke Tiongkok dan Arab Saudi
Stok beras di gudang Bulog di Padang, Sumatra Barat. ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan Indonesia akan segera mengekspor beras ke Tiongkok, Brunei Darussalam, dan Arab Saudi. Rencana ekspor beras digaungkan seiring dengan besarnya volume stok komoditas pangan di dalam negeri. 

"Bapak Presiden dari permintaan banyak negara hanya setuju 100 ribu ton, tapi sebetulnya kami punya overstock di atas 7 juta ton. Kami tidak mau ekspor tapi kebobolan, harapannya tidak ada masalah," kata Syahrul seperti dikutip dari Antara, Rabu (22/6).

Syahrul mengatakan, permintaan beras dari tiga negara tersebut cukup besar. Ia mengatakan dari Tiongkok mengajukan permintaan impor beras sebesar 2,4 juta ton per tahun. 

Sedangkan Brunei Darussalam 100 ribu ton per tahun. Lalu Arab Saudi mengajukan permintaan impor sebesar 1.500 ton per tahun.

Meski demikian, untuk sementara ini, pemerintah hanya menyanggupi ekspor sebesar 100 ribu ton per tahun. Syahrul menuturkan pemerintan ingin tetap mengamankan kebutuhan pangan dalam negeri.

Singapura minta telur dan ayam Indonesia

Syahrul mengimbuhkan negara seperti Singapura juga meminta Indonesia mengirimkan komoditas lain, seperti telur ayam ras dan daging ayam. 

"Sejauh ini sudah ada 22 negara yang menutup diri untuk ekspor. Kemarin kami dimintai Singapura untuk telur dan ayam karena Malaysia menutup (keran ekspor)," katanya.

Dia mengatakan kondisi tersebut tidak lepas dari ancaman krisis pangan dunia yang sudah di depan mata. Karena itu, langkah penutupan keran ekspor oleh sejumlah negara menjadi peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor pangan, termasuk beras.

"Untuk sementara ini jangan sampai peluang yang ada nanti diambil negara lain," katanya.

Ia mengatakan saat ini sejumlah pelaku ekspor pun sudah mulai menawarkan produknya untuk diekspor. "Teman-teman penggilingan yang kelas bagus sudah berlomba menawarkan diri untuk melakukan ekspor, terutama yang dari Jawa," katanya.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir Indonesia tidak melakukan impor beras. Padahal biasanya Indonesia melakukan impor 1,5 juta sampai 2 juta ton beras per tahun.

Produksi beras nasional pada 2019 mencapai 31,31 juta ton, kemudian meningkat pada 2020 menjadi 31,36 juta ton dan pada 2021 mencapai 31,33 juta ton.

Potensi peningkatan produksi beras

Sektor pertanian dukung perekonomian nasional. (dok.Kementan)

BPS juga mencatat potensi peningkatan produksi beras pada periode Januari-April 2022. Potensi tersebut didorong peningkatan pada potensi total luas panen padi untuk Januari-April 2021 sebesar 380 ribu hektar atau 8,58 persen menjadi 4,81 juta hektar.

"Potensi produksi beras pada subround pertama 2022 (Januari-April) kami perkirakan 14,63 juta ton, atau meningkat sebesar 1,05 juta ton dan secara persentase meningkat 7,7 persen dibandingkan subround pertama 2021 lalu sebesar 13,58 juta ton," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto.

Produksi padi pada periode pertama tahun ini juga berpotensi naik menjadi 25,4 juta ton. Ini menunjukkan peningkatan 7,7 persen atau 1,82 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

 

Related Topics

BerasEksporMentan

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

IDN Media Channels

Most Popular

Cara Membuat Akun PayPal dengan Mudah, Tanpa Kartu Kredit!
UOB Sediakan Kartu Kredit Khusus Wanita, Miliki Nasabah 70 ribu
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Survei BI: Tren Harga Rumah Tapak Masih Naik di Awal 2024
Saksi Sidang Kasus Korupsi Tol MBZ Sebut Mutu Beton Tak Sesuai SNI