Kemenperin: Industri Terdampak HGBT yang Tak Berjalan dengan Benar

Sektor manufaktur juga mengadapi pelemahan rupiah.

Kemenperin: Industri Terdampak HGBT yang Tak Berjalan dengan Benar
Suasana pabrik Eksonindo. (Fortuneidn/Bayu)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang tidak berjalan dengan baik berdampak pada tertekannya industri manufaktur nasional. 

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan sektor manufaktur pada saat bersamaan menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan itu berakibat pada melonjaknya harga bahan baku dan biaya produksi.

“Selanjutnya, [faktor] lain yang berdampak terhadap industri manufaktur adalah kebijakan HGBT yang tidak berjalan dengan baik. Beberapa industri justru membeli harga di atas US$6 per MMBTU, sehingga menurunkan daya saing produk mereka,” kata Febri melalui pernyataan tertulis yang dikutip Kamis (2/11).

HGBT untuk sektor industri harus terlaksana dengan tepat sesuai peraturan yang berlaku karena isu kenaikan HGBT akan berpengaruh terhadap daya saing industri.

Dia menilai perluasan program HGBT juga akan berdampak pada peningkatan investasi sektor industri di Indonesia menyusul ketersediaan energi yang kompetitif.

Kendala penerapan HGBT

Febri mengatakan terdapat beberapa kendala terhadap penerapan HGBT, di antaranya pembatasan pasokan gas bumi di bawah volume kontrak pada sektor industri.

Misalnya saja, ada pembatasan kuota pada rentang 27–80 persen kontrak di Jawa Timur, serta pengenaan surcharge harian untuk kelebihan pemakaian dari kuota yang ditetapkan pada hampir seluruh perusahaan di provinsi tersebut.

Selanjutnya, masih ada industri penerima HGBT yang mendapatkan harga di atas US$6 per MMBTU, dan bahkan ada sektor industri pengguna yang belum menerima HGBT.  

Sektor industri tersebut telah mendapat rekomendasi dari Menperin pada periode April 2021–Agustus 2022.

“Kami mendorong agar kebijakan HGBT bagi sektor manufaktur dapat dijalankan dengan menegakkan aturan-aturannya,” ujarnya.

PMI Manufaktur Indonesia

Terkait capaian PMI Manufaktur Indonesia pada Oktober 2023, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan, menyampaikan bahwa sektor industri manufaktur di Indonesia terus berekspansi pada awal triwulan keempat.

“Namun demikian, tanda-tanda perlambatan lebih lanjut pada momen pertumbuhan telah terlihat, termasuk perlambatan kedua secara berturut-turut pada pertumbuhan permintaan baru dan kontraksi baru pada permintaan ekspor baru,” katanya.

PMI Manufaktur Indonesia pada Oktober 2023 mampu melampaui PMI Manufaktur Amerika Serikat (50,0), Korea Selatan (49,8), Vietnam (49,6), Myanmar (49,0), Jepang (48,7), Taiwan (47,6), Thailand (47,5), Malaysia (46,8), Inggris (45,2), dan Jerman (40,7).

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Membuat Akun PayPal dengan Mudah, Tanpa Kartu Kredit!
UOB Sediakan Kartu Kredit Khusus Wanita, Miliki Nasabah 70 ribu
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Survei BI: Tren Harga Rumah Tapak Masih Naik di Awal 2024
Saksi Sidang Kasus Korupsi Tol MBZ Sebut Mutu Beton Tak Sesuai SNI