Kemenperin Punya Alasan Kenapa Serapan Gas Murah Tak Maksimal

Ada kendala dari sisi penyuplai.

Kemenperin Punya Alasan Kenapa Serapan Gas Murah Tak Maksimal
Juru bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, di sela kegiatan peringatan HUT ke-78 RI yang diadakan di kantor pusat Kemenperin, Sabtu (12/4). (Dok. Istimewa)

Fortune Recap

  • Kemenperin menyatakan serapan gas murah untuk 7 sektor industri terkendala oleh suplai, bukan karena industri tidak mampu menyerap.
  • Kebijakan HGBT seharga US$6 MMBTU berlaku untuk sektor industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet.
  • Data SKK Migas menunjukkan penyerapan gas HGBT pada 2023 hanya mencapai 74%, dengan dua faktor kendala operasional yang menjadi penyebabnya.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan tidak maksimalnya serapan gas murah bagi tujuh sektor industri tertentu karena terkendala oleh suplai.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan akar masalahnya bukan disebabkan oleh industri yang tidak memiliki kemampuan menyerap.

"Kami dapat informasi industri hulu gas sedang maintenance, sehingga suplai gas kurang," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan secara virtual, Kamis (29/2).

Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) seharga US$6 million british thermal unit (MMBTU) berlaku untuk sektor industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet.

Febri kembali menekankan bahwa bila suplainya cukup, maka serapan gas murah oleh industri bisa maksimal.

Dia menilai pernyataan bahwa industri tidak mampu menyerap tidaklah masuk akal.

"Bukan industrinya yang tidak mampu menyerap, enggak mungkin,” ujarnya.

Mengingat kebijakan ini akan berakhir pada akhir 2024, Kemenperin berharap HGBT akan tetap dilanjutkan dan diperluas penerimanya. Sebab, dia menilai program tersebut telah berhasil meningkatkan nilai tambah bagi penerima manfaat dan daya saing industri.

“Saya sih minta perluasan karena itu yang kita inginkan, karena dari harga gas itu jadi kunci bagi daya saing produk industri kita," katanya.

 

Data SKK Migas ihwal penyerapan gas murah

Sebelumnya, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, mengatakan bahwa sepanjang 2023 serapan gas HGBT tidak mencapai 100 persen.

Setidaknya, ada dua faktor yang menyebabkan program HGBT belum terserap 100 persen.

pertama, dari sisi hulu tempat rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional. Kedua, faktor dari sisi midstream dan downstream

Kurnia menuturkan, total alokasi volume gas untuk HGBT pada 2023 adalah 2.541 billion british thermal unit per day (BBTUD), tapi realisasi penyerapan sementara hanya 1.883 BBTUD atau 74 persen.

"Data masih unaudited. Untuk keseluruhan industri pengguna seperti listrik, pupuk, detailnya belum bisa disampaikan karena masih direkonsiliasi," kata Kurnia dalam webinar, Rabu (28/2).

Kurnia menambahkan, pada prinsipnya SKK Migas konsisten mendukung implementasi kebijakan HGBT agar dapat memberikan nilai tambah dan produktivitas industri dalam negeri sehingga mampu kompetitif sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.

"Hal tersebut dilakukan dengan tetap menjaga keekonomian hulu migas sehingga tetap menimbulkan daya tarik investasi hulu migas yang juga sangat penting," ujarnya.


 

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Membuat Akun PayPal dengan Mudah, Tanpa Kartu Kredit!
UOB Sediakan Kartu Kredit Khusus Wanita, Miliki Nasabah 70 ribu
Survei BI: Tren Harga Rumah Tapak Masih Naik di Awal 2024
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Saksi Sidang Kasus Korupsi Tol MBZ Sebut Mutu Beton Tak Sesuai SNI