Luhut Ajak Cina Hingga Belanda Percepat Kembangkan Food Estate

Cuaca jadi faktor terpenting untuk ketahanan pangan.

Luhut Ajak Cina Hingga Belanda Percepat Kembangkan Food Estate
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan saat konferensi pers usai memberikan arahan di Business Matching Program Minyak Goreng Curah Rakyat (MGCR) di Bali, Jumat (10/6). (Dok. Kemenko Marves).
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah berupaya menjaga ketersediaan pangan secara berkelanjutan melalui program lumbung pangan atau food estate. Salah satu upayanya adalah melalui penjajakan kerja sama dengan sejumlah negara seperti Cina, Belanda, dan Taiwan. 

“Kolaborasi dengan mitra luar negeri juga menjadi bagian dari upaya percepatan pengembangan food estate ini,” ujar Luhut dalam Rakornas BMKG secara virtual, Senin (8/8).

Luhut menambahkan, program food estate telah masuk ke dalam program strategis nasional 2022-2024 untuk meningkatkan ketersediaan akses serta kualitas konsumsi pangan.

Pemerintah, kata Luhut, juga tengah mengembangkan food estate di dua wilayah, yaitu Kalimantan Tengah sebesar 29 ribu hektare, dan Sumatra Utara sebesar 20 ribu hektare. Selain itu, ada beberapa wilayah lain yang punya potensi dijadikan food estate.

“Seperti di Papua seluas 210 ribu hektare, di NTT ada 10 ribu hektare dan 15 ribu hektare,” kata dia.

Di sektor perikanan, pemerintah juga berupaya memperkuat ketahanan pangan dengan program sentra kelautan dan perikanan terpadu, “khususnya di pulau-pulau terluar dan kawasan perbatasan."

Tingkatkan indeks ketahanan pangan

Dalam kesempatan sama, Luhut mengatakan perubahan iklim ekstrem berdampak bagi ketahanan pangan secara menyeluruh. Skor indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2020 mencapai 61,4 dan menjadi 59,2 pada 2021.

Dia pun berharap tahun ini indeks ketahanan pangan Indonesia mengalami kenaikan. "Ini perlu menjadi perhatian semua. Perubahan iklim memberikan dampak cukup signifikan. Terjadinya penurunan produksi pertanian akibat terjadinya iklim ekstrem," kata Luhut.

Luhut berharap agar layanan BMKG dapat mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan terkait monitoring prediksi dan peningkatan dini kondisi cuaca iklim ekstrem.

Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan kebijakan dan sistem yang teruji dan tangguh untuk menjamin ketahanan pangan yang merata dan berkesinambungan, serta peringatan dini bencana.

“Peran BMKG dalam penyediaan informasi memegang peran kunci di wilayah sentra pertanian dan perikanan,” ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Maret 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

17 Film Termahal di Dunia, Memiliki Nilai yang Fantastis
Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
Bahlil: Apple Belum Tindak Lanjuti Investasi di Indonesia
Medco Rampungkan Divestasi Kepemilikan di Blok Ophir Vietnam
Rumah Tapak Diminati, Grup Lippo (LPCK) Raup Marketing Sales Rp325 M
Ada Modus Bobol Akun Bank via WhatsApp, Begini Cara Mitigasinya