Mendag Ungkap Dampak Perang Rusia-Ukraina Bagi Perdagangan Indonesia

Amerika dan Eropa juga yang terdampak perang Rusia-Ukraina.

Mendag Ungkap Dampak Perang Rusia-Ukraina Bagi Perdagangan Indonesia
Ilustrasi perang. Shutterstock/Sebastian Castelier
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengingatkan tentang dampak perang yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina terhadap perdagangan Indonesia. Menurutnya, konflik tersebut dapat meruntuhkan global value chain yang sudah dibangun sejak 30 tahun silam.

“Ini mungkin bisa berakhir pada hari ini dengan adanya invasi tersebut terutama dengan adanya sanksi-sanksi yang diberikan negara-negara Eropa dan Amerika terhadap Rusia,” kata Lutfi saat pembukaan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan yang disiarkan secara virtual, Kamis (10/3).

Menurutnya, kondisi itu sudah terlihat dari merosotnya perekonomian global. Lutfi mencontohkan capaian ekspor Amerika Serikat turun 3 persen. Bahkan, ekspor negara-negara Eropa sudah turun dua digit.

Situasi tersebut jelas mengancam kondisi perdagangan Indonesia di tengah tren positif yang terjadi sekarang. Lutfi mencontohkan pada 2021 ekspor non-migas Indonesia mencapai rekor terbaik, yakni lebih dari US$231 miliar.

Tak hanya itu, empat dari lima barang yang diekspor tersebut adalah produk industri. Berbeda dari 2011 saat ekspor Indonesia masih didominasi barang-barang komoditas.

“Jadi, sekarang lagi berinteraksi untuk memastikan bagaimana kejadian di luar negeri harus menjadi bagian juga yang harus kita selesaikan di dalam negeri,” ujarnya.

Ada pengaruh ke CPO juga

Situasi perdagangan internasional menurutnya juga turut berpengaruh pada harga komoditas di dalam negeri. Dia mencontohkan bagaimana harga minyak sawit mentah (CPO) yang sempat meroket membuat harga minyak goreng di dalam negeri ikut melonjak.

Kondisi tersebut membuat Kemendag harus beberapa kali mengubah kebijakan hingga akhirnya memutuskan untuk menerapkan domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO) bagi pelaku minyak sawit dan turunannya.

"Setelah 24 hari terjadi DMO untuk CPO ini, kita sudah dapat setidaknya 570 ribu ton yang mestinya sudah bisa dibagikan ke rakyat Indonesia. Kalau rakyat Indonesia jumlahnya 270 juta, kasarnya hari ini kita dalam 24 hari terakhir dapat satu orang dua liter minyak goreng,” katanya.

Masih ada pekerjaan rumah minyak goreng

Namun, Lutfi mengakui bahwa di lapangan masih terjadi kelangkaan. Minyak goreng justru tidak tersedia pada ritel-ritel dan pasar tradisional. “Ini akhirnya kita melihat mata rantai ini harus bisa jalan,” ujarnya.

Untuk saat ini, Lutfi menyebut harga CPO global dan domestik telah berpisah.

“Kalau dilihat di luar negeri, harga minyak kelapa sawit sudah mencapai hampir setara Rp23.000 per liter. Harga di dalam negeri juga ikut naik hampir Rp16.000, namun harga minyak goreng baik curah maupun kemasan sudah menunjukkan grafik yang turun,” katanya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia
Laba PTRO Q1-2024 Amblas 94,4% Jadi US$163 Ribu, Ini Penyebabnya
Waspada IHSG Balik Arah ke Zona Merah Pascalibur
Laba Q1-2024 PTBA Menyusut 31,9 Persen Menjadi Rp790,9 Miliar
Laba Q1-2024 Antam Tergerus 85,66 Persen Menjadi Rp238,37 Miliar