Naik 33 Persen, Ekspor Furnitur Nasional Tembus US$2,5 Miliar

Ada peluang industri furnitur nasional mengisi pasar global.

Naik 33 Persen, Ekspor Furnitur Nasional Tembus US$2,5 Miliar
Shutterstock/Chaosamran_Studio
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Perindustrian menyebut industri furnitur memiliki peranan yang penting terhadap peningkatan kinerja sektor manufaktur dan ekonomi nasional. Hal ini tecemin dari capaian nilai ekspor produk furnitur nasional yang menembus US$2,5 miliar pada 2021. Perolehan ini naik 33 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar US$1,9 miliar.

“Saya percaya bahwa seiring dengan pilihnya belanja masyarakat, akan turut mendukung peningkatan penjualan furnitur, baik untuk ekspor maupun pasar dalam negeri,” kata Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang, dalam keterangannya, Kamis (18/8).

Agus mengemukakan sejumlah hasil kajian yang menunjukkan adanya peluang bagi industri furnitur nasional dalam mengisi pasar global.

Misalnya, Centre for Industrial Studies (CSIL) memperkirakan konsumsi furnitur global pada 2022 akan tumbuh 3,9 persen. Pertumbuhan ini akan semakin diborong kebijakan stimulus Recovery and Resilience Facility di Uni Eropa.

“Hasil studi CSIL diperkuat juga oleh Consumer Market Outlook yang dikeluarkan oleh Statista, yang memperkirakan pendapatan industri furnitur global akan terus meningkat secara konsisten dari US$1,3 triliun pada tahun 2020 menjadi US$1,6 triliun pada tahun 2025,” ujarnya.

Stimulus domestik bagi industri

Di pasar domestik, aksi afirmatif pemerintah untuk mengintensifkan upaya peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) juga mesti menjadi katalis. Sebab, hal ini dapat meningkatkan kinerja dan penyerapan produknya.

Untuk itu, industri furnitur dan kerajinan dalam negeri harus memberikan perhatian khusus terhadap pengurusan sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) agar dapat menjual produknya di e-Katalog.

Kementerian Perindustrian tahun ini telah menyiapkan program sertifikasi TKDN gratis untuk 1.250 produk. “Untuk tahun depan, kami tengah memperjuangkan penambahan anggaran agar jumlah sertifikat TKDN gratis bertambah menjadi 10.000 produk,” ujar Agus.

Upaya tersebut untuk menjangkau lebih banyak industri dalam negeri khususnya sektor IKM dalam program sertifikasi TKDN.

Tantangan yang dihadapi industri

Perajin memproduksi kerajinan dari rotan di Sentra Rotan, Jakarta, Kamis (14/10/2021). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww.

Hingga kini, industri furnitur dan kerajinan masih menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan usahanya. Pandemi Covid-19, dilanjutkan dengan krisis geopolitik Rusia-Ukraina, telah menyebabkan permasalahan logistik dan pengapalan yang berkepanjangan. Kelangkaan kontainer dan space kargo kapal masih terjadi.

“Kondisi tersebut menimbulkan biaya logistik dan shipping yang tinggi, bahkan menyebabkan gagal kirim sehingga kinerja ekspor industri furnitur dan kerajinan menjadi tidak optimal,” ujar Agus.

Kemudian, efek lanjutan dari perang Rusia-Ukraina juga telah menyebabkan guncangan pasar pada industri furnitur. Market shock ini menciptakan efek domino berupa pembatalan dan penundaan pesanan terutama dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

Amerika Serikat merupakan negara utama tujuan ekspor produk funitur dan kerajinan nasional dengan kontribusi ekspor lebih dari 50 persen. Sementara itu, negara-negara Eropa secara total berkontribusi sekurang-kurangnya 19 persen dari total ekspor produk furnitur dan 10 persen dari produk kerajinan.

“Pembatalan atau penundaan order ini tentu menghasilkan ketidakpastian bagi industri furnitur dan kerajinan dan sangat mengganggu cashflow perusahaan,” ujarnya.

Di ranah domestik, terjadi masalah pula terhadap ketersediaan bahan baku. Pasokan bahan baku berupa kayu besar yang dibutuhkan oleh industri furnitur kini semakin berkurang dan langka.

Selain itu, pelaku industri furnitur berbasis rotan juga dihadapkan pada permasalahan kelangkaan bahan baku rotan. Ini cukup ironis mengingat Indonesia merupakan negara penghasil 80 persen rotan dunia.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra Otoparts Bagi Dividen Rp828 Miliar, Simak Jadwalnya
IKN Menjadi Target Inovasi yang Seksi bagi Investor Luar Negeri
Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp104,7 Triliun Hingga 31 Maret 2024
Museum Benteng Vredeburg Lakukan Revitalisasi Senilai Rp50 Miliar
Pemerintah Realisasikan Rp220 T Untuk 4 Anggaran Prioritas di Q1 2024
ERAL Kolaborasi dengan DJI dan Fujifilm di Kampanye Motion Creativity