Setali Tiga Uang Nasib Bandara JB Soedirman dan Bandara Kertajati

Bandara JB Soedirman dibangun dalam tiga tahun.

Setali Tiga Uang Nasib Bandara JB Soedirman dan Bandara Kertajati
Dok. Pemkab Purbalingga
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga yang baru saja diresmikan pada Juni 2021 berisiko setali tiga uang dengan nasib Bandara Kertajati, Jawa Barat yang saat ini sepi penerbangan. Hal itu tidak akan terjadi apabila perencanaan dan pembangunan infrastruktur tersebut memperhatikan perkembangan wilayah secara jangka panjang.

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagyo menjelaskan dari sisi ketentuan, pembangunan bandara yang berlokasi di Purbalingga tersebut dinilai terlalu dekat dengan Bandara Tunggul Wulung di Cilacap. Adapun jarak diantara kedua bandara tersebut sekitar 62 kilometer.  Belum lagi sudah terlalu banyak bandara di kawasan selatan Jawa lainnya yang juga berdekatan.

“Contoh ada (Bandara) Kertajati, seluruh airline disuruh terbang Kertajati, malah tidak ada yang naik. Itu harus jadi pelajaran yang diambil oleh pemerintah,” kata dia kepada Fortune Indonesia, Selasa (26/10).

Pembangunan bandara tersebut tentunya juga akan berkompetisi dengan moda darat dan kereta api. Melihat letak bandara berkode PWL tersebut Agus menilai maskapai pun tidak akan bertahan lama membuka rutenya lantaran sepinya penumpang.

Ia menilai, suatu bandara dapat dinilai berhasil atau tidak dibangun itu dari jumlah penumpangnya. Bisa saja, kata dia, pemerintah memerintah maskapai untuk melakukan penerbangan dari dan menuju Bandara JB Soedirman. Namun hal itu tidak akan bertahan lama, jika perekonomian di sekitarnya tidak ikut dibangun. “Kalau dipaksakan terbang paling hanya sebulan lalu rugi, siapa yang mau bayar?,” ujarnya.

Sudah diingatkan

Menurutnya untuk membangun bandara dan mengundang maskapai bukan hanya dengan desain bandara yang megah dan bagus tetapi juga dengan potensi jumlah penumpang. Selain itu, lanjutnya, membangun bandara memerlukan kajian kelayakan yang matang. Jangan hanya mengandalkan kecepatan pembangunan.

Agus pun mengaku telah memperingatkan hal tersebut kepada pemerintah.  “Bisa jadi seperti Kertajati. Saya sudah berkali-kali bilang kalau bangun infrastruktur harus ada Feasibility Study-nya yang rinci. Tapi kalau buat FS memang lama. Pemerintah kan inginnya cepat-cepat. Ya jadinya begitu,” ujarnya.

 

Dua pekan sepi

Sementara itu, Executive General Manager Bandara Jenderal Besar Soedirman Catur Sudarmono mengatakan status dari bandara masih aktif beroperasi. Penerbangan dari dan menuju yang satu-satunya dilayani oleh Citilink, kata dia, pun tidak secara resmi dihentikan. “Jika menghentikan total pastinya akan ada konfirmasi ke pihak Angkasa Pura II,” kata dia kepada Fortune Indonesia.

Namun, ia menyebut, Citilink memang telah menunda melayani penerbangan dari Bandara JB Soedirman selama dua pekan. Ia mengatakan, pihaknya hanya dapat meminta kepada perseroan untuk kembali untuk beroperasi, namun keputusan tetap berada pada Citilink.

Bandara ini memiliki lintasan pacu (runway) yang telah selesai dibangun sepanjang 1.600 meter dan lebar 30 meter. Apron bandara juga sudah terbangun seluas 100 x 76 meter, dan taxiway sepanjang 70 x 13 meter. Dengan kapasitas itu bandara dapat digunakan untuk melayani penerbangan pesawat berjenis Twin Propeller seperti ATR 72-600 sekitar 72 kursi penumpang.

Terkait rencana pengembangan dan penambahan fasilitas panjang landasan pacu mencapai 2.200 meter, sehingga dapat mendaratkan pesawat yang lebih besar seperti Airbus 320 dan Boeing 737-800 atau 737 - 900 tertunda. “Tetap perluasan itu arahan dari kantor pusat (Angkasa Pura II), namun dengan kondisi pandemi seperti sekarang seperti tidak memungkinkan,” tuturnya.

Catur menambahkan, Bandara JB Soedirman berkomitmen untuk memperluas konektivitas penerbangan di Jawa Tengah, dengan menjalankan operasional bandara secara penuh. Ia berharap, kehadiran bandara tersebut turut mendukung pertumbuhan sektor pariwisata di Purbalingga dan kota-kota sekitarnya.

Perbandingan Bandara Kertajati dan Bandara JB Soedirman

Akibatnya sepinya Bandara Kertajati atau Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) yang berlokasi di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, akan dialih fungsikan sebagai lokasi Maintenance, Repair, Overhaul (MRO) atau bengkel pesawat. Rencana ini diungkapkan langsung oleh Presiden Joko Widodo saat Rapat Terbatas di Istana Negara pada Senin (29/3). Rapat tersebut turut dihadiri oleh Gubernur Ridwan Kamil dan Menteri Perhubungan Budi Karya. 

Anggaran pembangunan bandara seluas 1.000 hektare menelan biaya hingga Rp2,6 triliun. Dana tersebut tak sepenuhnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), namun juga kemitraan dengan pihak swasta dengan perhitungan 70 persen dana diperoleh dari ekuitas Pemprov Jawa Barat, reksadana penyertaan terbatas (RDPT) dan AP II. Sedangkan sisanya, yakni 30 persen didapatkan dari PT BIJB melalui pinjaman bank syariah. 

Kemudian untuk Bandara JB Soedirman, dibangun sejak tiga tahun lalu dari titik nol. Angkasa Pura II menggelontorkan investasi sebesar Rp500 miliar untuk pembangunannya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Maret 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

17 Film Termahal di Dunia, Memiliki Nilai yang Fantastis
Ada Modus Bobol Akun Bank via WhatsApp, Begini Cara Mitigasinya
Bea Cukai Kembali Jadi Samsak Kritik Warganet, Ini Respons Sri Mulyani
Rumah Tapak Diminati, Grup Lippo (LPCK) Raup Marketing Sales Rp325 M
Bahlil: Apple Belum Tindak Lanjuti Investasi di Indonesia
Stanchart: Kemenangan Prabowo Tak Serta Merta Tingkatkan Investasi