Bank Sentral Rusia Naikkan Suku Bunga Acuan ke 20%

Dilakukan untuk menahan depresiasi mata uang rubel.

Bank Sentral Rusia Naikkan Suku Bunga Acuan ke 20%
Ilustrasi Konflik rusia-ukraina. Shutterstock/Tomasz Makowski
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank sentral Rusia menaikkan suku bunga utamanya menjadi 20 persen dari 9,5 persen pada Senin (28/2). Kebijakan ini diambil sebagai langkah darurat, disertai imbauan kepada perusahaan-perusahaan eksportir untuk menjual mata uang asing karena rubel jatuh ke rekor terendah.

Dalam pernyataan resminya, bank sentral Rusia mengatakan kenaikan suku bunga utama akan mengerek bunga deposito ke tingkat yang diperlukan untuk mengimbangi peningkatan depresiasi dan risiko inflasi.

Ini diperlukan untuk mendukung stabilitas keuangan dan harga serta melindungi tabungan masyarakat dari depresiasi nilai tukar.

"Kondisi eksternal untuk ekonomi Rusia telah berubah secara drastis," demikian petikan pernyataan tersebut, seperti dikutip Antara.

Selanjutnya, Gubernur Bank Sentral Rusia, Elvira Nabiullina, akan mengadakan pengarahan pada pukul 13.00 GMT. Selain menaikkan suku bunga, bank sentral dan kementerian keuangan juga bersama-sama memerintahkan perusahaan-perusahaan eksportir Rusia untuk menjual 80 persen dari pendapatan mata uang asing mereka di pasar. 

Seruan tersebut menambah daftar tindakan yang diumumkan pemerintah Rusia sejak Kamis (24/2) untuk mendukung pasar domestik, di tengah upaya negara tersebut mengelola dampak yang meluas dari sanksi ekonomi Barat menyusul invasi ke Ukraina.

Perekonomian Rusia diprediksi susut 20 persen

Sementara itu, sejumlah pengamat memperkirakan ekonomi Rusia akan terpuruk akibat berbagai sanksi ekonomi yang ditetapkan negara-negara Barat.

Analisis JPMorgan, Jahangir Aziz, dalam sebuah catatan kepada klien memproyeksi ekonomi Rusia bakal terkontraksi 20 persen pada kuartal kedua dan sekitar 3,5 persen pada semester kedua.

"Jika sanksi baru ini memang diberlakukan, dampaknya terhadap ekonomi Rusia akan parah," kata Jahangir.

JPMorgan juga menurunkan perkiraannya untuk tren pertumbuhan Rusia menjadi 1,0 persen dari 1,75 persen karena isolasi politik dan ekonomi yang meningkat akan menghambat ekspansi pada tahun-tahun mendatang.

Inflasi Rusia diperkirakan akan mencapai 10 persen pada akhir 2022 dengan kecenderungan peningkatan risiko, bank menambahkan.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Membuat Akun PayPal dengan Mudah, Tanpa Kartu Kredit!
UOB Sediakan Kartu Kredit Khusus Wanita, Miliki Nasabah 70 ribu
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Survei BI: Tren Harga Rumah Tapak Masih Naik di Awal 2024
Saksi Sidang Kasus Korupsi Tol MBZ Sebut Mutu Beton Tak Sesuai SNI