BBM Naik, Inflasi September 2022 Tembus 5,95 Persen YoY

Inflasi tertinggi terjadi di Bukittinggi.

BBM Naik, Inflasi September 2022 Tembus 5,95 Persen YoY
Kepala BPS, Margo Yuwono. (dok. Badan Pusat Statistik)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi bulan September 2022 sebesar 1,17 persen secara bulanan alias month to month (mtm). Dengan demikian tingkat inflasi tahun kalender atau year to dat (ytd) menjadi 4,84 persen dan inflasi tahun ke tahun alias year on year (yoy) menjadi 5,95 persen.

Kepala BPS Margo Yuwono menturukan, inflasi sebesar 1,17 persen mtm di bulan lalu berasal dari kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 111,57 pada Agustus menjadi 112,87 pada September 2022 .

Penyebabnya antara lain kenaikan bensin, tarif angkutan dalam kota, beras, solar, tarif angkutan antar kota, tarif kendaraan online, dan juga bahan bakar rumah tangga.

"Inflasi mtm yang terjadi di September merupakan inflasi tertinggi sejak Desember tahun 2014, di mana pada saat itu terjadi inflasi sebesar 2,46 persen sebagai akibat kenaikan harga BBM pada bulan November tahun 2014," ujarnya dalam konferensi pers, Senin (3/10).

Berdasarkan pantauan BPS, 88 kota dari 90 kota yang diamati pergerakan harganya mengalami inflasi di bulan lalu. Inflasi tertinggi berada di kota Bukittinggi yaitu sebesar 1,87 persen. Di Bukittinggi, penyebab utama inflasi adalah kenaikan harga bensin yang andilnya terhadap inflasi sebesar 0,81 persen.

"Kemudian disebabkan juga oleh beras, ini memberikan andil 0,35 persen, kemudian angkutan dalam kota memberikan andil 0,18 persen. dan angkutan antar kota memberikan andil 0,09 persen. Jadi 88 kota mengalami inflasi tertinggi ada di Bukittinggi," imbuh Margo.

Sedangkan inflasi terendah di bulan September terjadi di kota Merauke yakni hanya 0,0 persen. Sementara itu, dua kota yang mengalir deflasi adalah Manokwari sebesar 0,64 persen dan Timika sebesar 0,59 persen.

Inflasi berdasarkan pengeluaran

Dilihat menurut kelompok pengeluaran, jelas Margo pendorong utama inflasi bulan lalu adalah kelompok transportasi. Pada kelompok pengeluaran ini, terjadi inflasi sebesar 8,88 persen, dan memberikan andil sebesar 1,08 persen pada inflasi September.

Namun demikian, pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, terjadi deflasi sebesar 0,30 persen dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar -0,8 persen. 

"Jadi inflasi di bulan September ini utamanya disebabkan oleh kelompok pengeluaran transportasi tapi berhasil diredam oleh kelompok makanan minuman dan tembakau," jelas Margo, sembari menambahkan deflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau tak lepas dari kondisi panen raya di beberapa sentra produksi sepanjang bulan lalu.

Secara terperinci, komoditas yang paling dominan menyumbang inflasi terhadap kelompok transportasi adalah bensin, yakni sebesar 0,89 persen. Kemudian komoditas angkutan dalam kota memberikan andil 0,09 persen, solar 0,03 persen, angkutan antar kota 0,03 persen, tarif kendaraan roda dua online 0,02 persen, dan tarif kendaraan roda 4 online 0,01 persen.

Dari kelompok makanan, minuman dan tembakau, komoditas yang memberikan adil kepada deflasi antara lain bawang merah sebesar -0,06 persen, cabai merah -0,05 persen, minyak goreng -0,03 persen, tomat -0,02 persen, cabai rawit -0,02 persen, ikan segar -0,01 persen.

Inflasi berdasarkan komponen

Kemudian, bila dilihat berdasarkan komponennya, inflasi sebesar 5,59 persen yoy pada September lalu terdiri dari komponen inti (core inflation), harga diatur pemerintah (administered price) dan komponen harga bergejolak (volatile price).

Menurut Margo, inflasi tertinggi terjadi pada komponen harga yang diatur pemerintah. Pada  Agustus lalu, andil komoponen ini mengalami inflasi sebesar 6,84 persen, tetapi di September ini inflasinya naik menjadi 13,28 persen. "Ini mudah dipahami karena di September ada penyesuaian harga BBM oleh pemerintah," ucapnya.

Kemudian, untuk harga bergejolak, terjadi inflasi sebesar 9,02 persen di bulan September lalu, naik dari posisi Agustus yang hanya 8,93 persen. Terakhir, inflasi inti naik tipis dari sebelumnya 3,04 persen menjadi 3,21 persen.

Sementara itu, jika dilihat berdasarkan kontributornya, penyebab inflasi terbesar ada di komponen harga diatur pemerintah yakni 2,35 persen. "Kemudian diikuti oleh komponen inti memberikan andil 2,11 persen dan terakhir adalah harga bergejolak yang sebesar 1,49 persen," tandas Margo.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M