BPS: Neraca Perdagangan Oktober 2023 Surplus US$3,48 Miliar

Ekspor Oktober 2023 turun 10,43 persen secara tahunan.

BPS: Neraca Perdagangan Oktober 2023 Surplus US$3,48 Miliar
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini. (Sumber: BPS)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada Oktober 2023 sebesar US$3,48 miliar, atau naik US$0,07 miliar dari September 2023 (month to month/mtm). Meski demikian, surplus tersebut lebih rendah US$2,12 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (year on year/you) yang sebesar US$5,59 miliar.

"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 42 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, Rabu (15/11).

Surplus tersebut berasal dari ekspor Oktober 2023 yang mencapai US$22,15 miliar atau turun 10,43 persen dari periode sama tahun lalu yang sebesar US$24,73 miliar, sementara impornya mencapai US$18,67 miliar atau turun -2,42 persen dibandingkan Oktober 2023 yang sebesar US$19,41 miliar.

Pudji menjelaskan surplus neraca perdagangan tersebut ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas, yaitu sebesar US$5,31 miliar. Komoditas penyumbang surplus pada kelompok ini di antaranya bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), dan besi dan baja (HS 72).

Sedangkan neraca perdagangan kelompok migas tercatat masih defisit US$ 1,84 miliar, dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.

Secara kumulatif (year to date), surplus neraca perdagangan Indonesia dari awal 2023 hingga Oktober 2023 mencapai US$31,22 miliar. Total surplus tahun berjalan ini menyusut bila dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar US$45,44 miliar.

Berdasarkan negara mitra

Dilihat berdasarkan negara mitra dagang, surplus neraca perdagangan terbesar berasal dari India, Amerika Serikat, dan Filipina dengan nilai masing-masing US$1,45 miliar, US$1,11 miliar, dan US$905,4 juta.

"Surplus terbesar yang dialami dengan India didorong oleh komoditas bahan bakar mineral (HS 27) kemudian lemak dan nabati/hewani (HS 15) serta bijih logam, terak dan abu (HS 26)," kata Amalia.

Defisit neraca perdagangan terbesar berasal dari Australia, Thailand, dan Brasil masing-masing -US$407,9 juta, -US$322,5 juta, dan US$242,9 juta. "Defisit neraca dagang dengan Australia didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, bijih logam, terak dan abu, serta gula dan kembang gula," ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
TDS 3 in Jakarta: NCT Dream, Sebuah Ikon Pertumbuhan
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Ulang Tahun ke-22, Starbucks Indonesia Donasi Rp5 Miliar ke Gaza
Perkuat Ekosistem Kuliner Jepang, J Trust Gandeng Kushikatsu Daruma
Saat Bos Starbucks Bicara Persaingan dengan Brand Kopi Lokal