Inflasi 2022 Tertinggi dalam 8 Tahun Terakhir, Ini Biang Keroknya

Inflasi tinggi 2022 didorong kenaikan harga BBM.

Inflasi 2022 Tertinggi dalam 8 Tahun Terakhir, Ini Biang Keroknya
ilustrasi mengisi bensin (unsplash.com/Sippakorn yamkasikorn)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono, membeberkan tiga kelompok pengeluaran terbesar penyumbang inflasi 5,51 persen sepanjang 2022. Kelompok tersebut adalah transportasi; makanan, minuman, dan tembakau; serta perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.

Namun, di antara tiga kelompok pengeluaran tersebut, beberapa komoditas menjadi biang kerok tingginya inflasi. "Di antaranya adalah komoditas bensin, kemudian bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, diikuti beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, dan kontrak rumah," ujar Margo dalam konferensi pers, Senin (2/1).

Untuk kelompok bensin, Margo mengatakan andilnya mencapai 1,15 persen terhadap inflasi umum pada 2022. Demikian pula dengan solar, yang andil inflasinya 0,04 persen sepanjang tahun. Besarnya kontribusi bensin terhadap inflasi disebabkan kebijakan kenaikan harga BBM yang diumumkan pemerintah pada 3 September 2022. 

"Jadi, kenaikan BBM 3 September lalu dampaknya terhadap tahunan memberikan andil 1,15 persen untuk jenis BBM dan ini merupakan yang tertinggi," katanya.

Sementara, inflasi tahunan untuk bensin mencapai 32,67 persen dan solar 35,94 persen. Persentase inflasi dua komoditas tersebut jauh lebih tinggi dari kelompok pengeluaran transportasi yang mencapai 15,26 persen.

Meski demikian, Margo belum dapat memperkirakan berapa besar dampak inflasi bensin dan solar terhadap inflasi komoditas pangan pada 2022. Sebab, kata dia, kenaikan harga pangan dipengaruhi berbagai faktor. "Seperti pasokan, yang juga dipengaruhi faktor musiman atau cuaca, atau kenaikan ongkos produksi dan sebagainya. Jadi, bukan merupakan faktor tunggal," ujarnya.

Adapun BBM, bahan bakar rumah tangga dan tarif angkutan udara juga tercatat sebagai komoditas penyumbang inflasi tertinggi sepanjang 2022 dengan andil masing-masing 0,30 persen dan 0,27 persen.

Inflasi 2022 tertinggi sejak 2014

Dalam kesempatan tersebut, Margo juga menyampaikan bahwa inflasi 2022 merupakan yang tertinggi sejak 2014. Delapan tahun lalu, kata dia, inflasi nasional tembus hingga 8,36 persen. "Tertinggi sejak 2014 karena pada saat itu juga ada kenaikan BBM," ujarnya.

Karena itu, ia menilai tekanan terhadap harga BBM pada 2023 perlu diwaspadai, karena jika terjadi sepanjang tahun inflasi umum dapat terkerek lebih tinggi.

"Kalau dilihat secara umum kita bisa belajar dari inflasi 2022 di mana penyebab utamanya adalah kenaikan harga energi. Kalau harga energi terus mengalami tekanan dampaknya akan luas juga ke sektor lainnya, baik pangan maupun sebagainya," kata Margo.

Selain itu, inflasi umum di Indonesia yang disebabkan harga bergejolak (volatile food) juga perlu diwaspadai, terutama produk hortikultura, "karena itu rentan terhadap pola musiman cuaca. Itu bisa jadi faktor yang perlu diwaspadai," ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
11 Bahasa Tertua di Dunia, Ada yang Masih Digunakan
GoTo Lepas GoTo Logistics, Bagaimana Nasib GoSend?
BTPN Syariah Bukukan Laba Rp264 miliar di Kuartal I-2024
Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia