Inflasi AS Desember 2022 6,5 Persen, Penurunan pertama sejak Mei 2020

Kenaikan suku bunga Fed diharapkan melambat.

Inflasi AS Desember 2022 6,5 Persen, Penurunan pertama sejak Mei 2020
Ilustrasi : inflasi Amerika Serikat (Dok. Shutterstock)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Inflasi Amerika Serikat pada Desember 2022 kembali turun menjadi 6,5 persen secara tahunan (yoy), dan menjadikannya sebagai perlambatan enam kali berturut-turut. Secara bulanan, indeks harga konsumen juga tercatat turun 0,1 persen dari November ke Desember, yang pertama sejak Mei 2020.

Mengutip Fortune.com, inflasi inti—di luar inflasi komponen harga bergejolak (volatile food) dan harga diatur pemerintah (administered price) yang mudah berubah—hanya naik 5,7 persen pada Desember 2022. Angka tersebut lebih lambat dari kenaikan 6 persen yoy pada November. Artinya, dalam rentang November hingga Desember, inflasi inti naik hanya 0,3 persen.

Kondisi ini memperkuat harapan bahwa cengkeraman inflasi pada ekonomi akan terus mereda pada 2023 sehingga memungkinkan bank sentral AS, Federal Reserve, untuk tak terlalu dramatis mengambil kebijakan.

Sebelumnya, Fed masih memandang bahwa inflasi belum cukup lambat untuk mendekati target 2 persen hingga 2024. Bank sentral tersebut diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya setidaknya seperempat poin dalam pertemuan berikutnya.

Ekspektasi konsumen membaik

Ilustrasi : inflasi Amerika Serikat (Dok. Shutterstock)

Sementara itu, laporan ketenagakerjaan AS untuk Desember 2022 yang dirilis pekan lalu menggambarkan bahwa kemungkinan resesi dapat dihindari. Pasalnya, setelah tujuh kenaikan suku bunga Fed tahun lalu dan dengan inflasi yang masih tinggi, terdapat 223.000 pekerjaan baru pada Desember, sementara tingkat pengangguran turun menjadi 3,5 persen, menyamai level terendah dalam 53 tahun.

Pada saat sama, pertumbuhan upah per jam rata-rata juga melambat sehingga dapat mengurangi tekanan pada perusahaan untuk mengerek harga demi menutupi biaya tenaga kerja yang lebih tinggi.

Tanda positif lain yang dapat mengerem agresivitas Fed untuk memadamkan inflasi adalah indeks ekspektasi konsumen yang memperkirakan kenaikan harga akan menurun selama beberapa tahun ke depan. 

Itu penting karena apa yang disebut "ekspektasi inflasi" dapat terpenuhi dengan sendirinya: jika orang mengharapkan harga terus meningkat tajam, mereka biasanya akan mengambil sejumlah langkah seperti menuntut gaji lebih tinggi, yang dapat melanggengkan inflasi tinggi.

Federal Reserve Bank of New York mengatakan, Senin (9/1), bahwa konsumen memperkirakan inflasi akan bersandar pada 5 persen tahun depan—ekspektasi terendah dalam hampir 18 bulan. Selama lima tahun ke depan, konsumen juga memperkirakan inflasi rata-rata 2,4 persen, hanya sedikit di atas target Fed 2 persen.

Namun, dalam sambutannya dalam beberapa pekan terakhir, pejabat Fed telah menggarisbawahi niatnya untuk menaikkan suku bunga acuan jangka pendek dengan tambahan tiga perempat poin dalam beberapa bulan mendatang menjadi sedikit di atas 5 persen.

Kenaikan tersebut lebih tinggi dari tujuh kenaikan tahun lalu, yang menyebabkan suku bunga hipotek hampir dua kali lipat dan membuat pinjaman mobil dan pinjaman bisnis menjadi lebih mahal.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Pialang Adalah: Pengertian, Tugas, dan Cara Kerjanya
Lima Anak Bernard Arnault Jadi Direksi, Penerus LVMH Diragukan
Daftar Produk Paling Laris Dibeli di Tokopedia dan Tiktok Saat Ramadan
Pelaku Usaha dan UMKM Kini Bisa Daftar Sertifikasi Halal Lewat Shopee
Peringatan Bank Dunia: Harga Minyak Global Bakal Naik ke US$100
Astra Otoparts Bagi Dividen Rp828 Miliar, Simak Jadwalnya