Inflasi Negara G20 di Atas Target Bank Sentral, IMF Beri Peringatan

Inflasi jangka panjang terkendali di sejumlah negara.

Inflasi Negara G20 di Atas Target Bank Sentral, IMF Beri Peringatan
Shutterstock/Bumble Dee
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pergerakan inflasi di sebagian besar negara Kelompok 20 (G20) telah berada di atas target bank sentral. Karena itu, meskipun momentum pertumbuhan lebih lemah dan tetap menjadi "risiko yang signifikan" di tahun ini,  tetapi kenaikan harga akan juga harus mulai diwaspadai.

Kenaikan inflasi tersebut terutama disebabkan lonjakan harga komoditas, macetnya pengiriman, berlanjutnya ketidaksesuaian dalam penawaran dan permintaan, dan pergeseran permintaan untuk lebih banyak barang.

Meski demikian, dalam catatan pengawasan yang disiapkan untuk pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 minggu ini, IMF mengatakan ekspektasi inflasi jangka panjang secara umum tetap terkendali di negara dengan kerangka kebijakan yang kuat.

Adapun momentum pertumbuhan yang lemah di tahun ini, menurut lembaga tersebut, terlihat dari indikator ekonomi yang dirilis setelah menurunkan perkiraan pertumbuhan global menjadi 4,4 persen pada Januari lalu.

Fenomena yang perlu diperhatikan

Pembatasan mobilitas yang diperbarui di kawasan Eropa, Jepang dan Inggris telah melemahkan aktivitas sektor jasa dalam beberapa bulan terakhir, sementara penyebaran Virus Corona telah merusak sentimen konsumen di Amerika Serikat.

Staf IMF memperkirakan bahwa gangguan pasokan kemungkinan telah mengurangi antara 0,5 dan 1,0 poin persentase dari pertumbuhan produk domestik bruto global pada 2021 dan mengangkat inflasi inti sebesar 1,0 poin persentase..

Potensi munculnya varian baru dan berbahaya dari virus Covid-19 diperkirakan dapat menyeret turun aktivitas ekonomi lebih dalam. Terlebih, ketidaksesuaian penawaran-permintaan juga bisa memakan waktu lebih lama untuk diselesaikan dari yang diharapkan, membebani output dan memicu inflasi upah, yang pada gilirannya dapat mendorong pengetatan kebijakan moneter yang lebih awal dari perkiraan di negara-negara maju utama, terutama di Amerika Serikat.

"Ini dapat meredam prospek pertumbuhan global, menyebabkan pengetatan kondisi keuangan secara tiba-tiba, dan mendorong arus keluar modal dari ekonomi pasar berkembang," kata IMF, mencatat risiko tambahan yang ditimbulkan oleh tingkat utang yang sudah tinggi.

Cina yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia juga diproyeksi mengalami pertumbuhan lebih lambat jika konsumsi swastanya tidak pulih, wabah Covid-19 kembali meluas, serta mengalami masalah lebih lanjut di pasar real estatnya.

Sementara bank-bank sentral di ekonomi pasar berkembang harus siap menghadapi guncangan yang merugikan jika inflasi terus meningkat di negara-negara ekonomi utama, dan mereka mengadopsi kenaikan suku bunga yang lebih curam dari perkiraan, kata IMF.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra Otoparts Bagi Dividen Rp828 Miliar, Simak Jadwalnya
IKN Menjadi Target Inovasi yang Seksi bagi Investor Luar Negeri
Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp104,7 Triliun Hingga 31 Maret 2024
Museum Benteng Vredeburg Lakukan Revitalisasi Senilai Rp50 Miliar
Pemerintah Realisasikan Rp220 T Untuk 4 Anggaran Prioritas di Q1 2024
ERAL Kolaborasi dengan DJI dan Fujifilm di Kampanye Motion Creativity