Neraca Perdagangan Indonesia September 2023 Surplus US$3,42 Miliar

Ekspor September 2023 merosot 16,17 persen secara tahunan.

Neraca Perdagangan Indonesia September 2023 Surplus US$3,42 Miliar
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/11/2021). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada September 2023 sebesar US$3,42 miliar, atau lebih rendah 1,54 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (year on year/you) yang sebesar US$4,99 miliar.

Surplus tersebut berasal dari ekspor September 2023 yang mencapai US$20,76 miliar atau turun 16,17 persen dari periode sama tahun lalu yang sebesar US$24,76 miliar, sementara impornya mencapai US$17,34 miliar atau turun -12,48 persen dibandingkan September 2022 yang sebesar US$19,81 miliar.

Meski demikian, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar, mengatakan surplus neraca perdagangan Indonesia meningkat 0,30 persen dibandingkan dengan Agustus 2023 (month to month/mtm) yang sebesar US$3,13 miliar.

"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 41 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujarnya dalam konferensi pers, Senin (16/10).

Surplus tersebut lebih ditopang oleh surplus komoditas non minyak dan gas (non migas) yang sebesar US$5,34 miliar.

Adapun komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan (nabati) HS 15, serta besi dan baja (HS 72).

"Surplus neraca perdagangan non migas pada September 2023 ini jauh lebih tinggi daripada bulan lalu memang, tetapi lebih rendah dibandingkan September 2023," katanya.

Pada saat yang sama, neraca migas mengalami defisit US$1,92 miliar, dengan penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.

"Defisit neraca perdagangan migas di September 2023 ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya tapi lebih rendah dari September 2022 lalu untuk neraca perdagangan migas," ujarnya.

Secara kumulatif, surplus neraca dagang pada Januari–September mencapai US$27,75 miliar atau lebih rendah sekitar US$12,10 miliar dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar US$3,85 miliar.

Surplus dan defisit berdasarkan mitra 

Dilihat berdasarkan negara mitra dagang, surplus neraca perdagangan terbesar berasal dari Amerika Serikat, India dan Filipina dengan nilai masing-masing US$1,15 miliar, US$1,41 miliar, dan US$763,1 miliar.

"Surplus terbesar yang dialami dengan Amerika Serikat karena dikontribusikan oleh perdagangan mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya, lemak dan minyak hewan nabati serta pakaian dan aksesorisnya," kata Amalia.

Defisit neraca perdagangan terbesar berasal dari Australia, Thailand, dan Brasil masing-masing -US$387,1 juta, -341,2 juta, dan US$208,9 juta.

"Defisit terdalam yang dialami dengan Australia karena memang didorong oleh tiga komoditas utama yaitu Serelia (HS10) terutama gandum, kemudian bahan bakar mineral (HS27) dan juga bijih logam, terak dan abu," ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
TDS 3 in Jakarta: NCT Dream, Sebuah Ikon Pertumbuhan
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Ulang Tahun ke-22, Starbucks Indonesia Donasi Rp5 Miliar ke Gaza
Perkuat Ekosistem Kuliner Jepang, J Trust Gandeng Kushikatsu Daruma
Saat Bos Starbucks Bicara Persaingan dengan Brand Kopi Lokal