Terkerek Komoditas, Nilai Tukar Petani Naik 0,42% pada Oktober 2022

Sawit, gabah dan kopi jadi kontributor kenaikan NTP.

Terkerek Komoditas, Nilai Tukar Petani Naik 0,42% pada Oktober 2022
ilustrasi petani di desa (unsplash.com/Shayan Ghiasvand)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Oktober 2022 sebesar 107,27 atau naik 0,42 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 106,82. 

Sebagai informasi, NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksim

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan peningkatan NTP terjadi karena harga yang diterima petani naik 0,29 persen dibandingkan harga yang dibayarkan petani.

"Harga yang dibayar petani mengalami penurunan 0,13 persen di Oktober," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (1/11) .

Setianto memaparkan indeks harga yang diterima petani pada bulan lalu juga meningkat 0,29 persen. Kontributor utamanya antara lain komoditas kelapa sawit, gabah, kopi, dan gambir.

Sementara itu, indeks harga yang dibayarkan petani mengalami penurunan 0,13 persen, dengan penyumbang utamanya adalah cabai merah, telur ayam ras, dan cabai rawit.

Di lihat berdasarkan sub sektornya, peningkatan NTP tertinggi terjadi pada tanaman perkebunan rakyat, yakni sebesar 1,70 persen.

"Peningkatan terjadi karena indeks harga yang diterima petani, mengalami peningkatan 1,53 persen dan indeks harga yang dibayarkan petani untuk subsektor tanaman perkebunan ini mengalami penurunan 0,16 persen," kata Setianto.

Adapun komoditas utama yang memengaruhi kenaikan indeks harga yang diterima petani pada subsektor tanaman perkebunan adalah kelapa sawit, kopi, gambir, cengkeh, kakao, pinang dan tebu.

Meski demikian, indeks harga yang diterima petani pada subsektor hortikultura mengalami penurunan 4,14 persen. Ini lantaran harga yang diterima petani pada subsektor tersebut turun 4,23 persen, berbanding terbalik dengan indeks harga yang dibayarkan petani hortikultura sebesar 0,10 persen.

"Kalau kita lihat komoditas utamanya ini ada cabai merah, cabai rawit, bawang merah, kol, kubis, kentang, tomat, wortel, mangga, terong," ujar Setianto.

Konsumsi rumah tangga turun

Di lihat berdasarkan wilayahnya, NTP Provinsi Bengkulu mengalami kenaikan tertinggi dibandingkan provinsi lainnya, yakni sebesar 3,92 persen.

Sementara itu, Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebagai wilayah dengan penurunan NTP terbesar dibandingkan penurunan NTP provinsi lainnya, yakni -1,80 persen.

BPS juga mencatat terjadinya penurunan Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Indonesia sebesar 0,33 persen pada Oktober 2022.

Ini disebabkan oleh penurunan indeks pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, tembakau. Kemudahan, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional Oktober 2022 tercatat sebesar 106,76 atau turun 0,10 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia
Laba PTRO Q1-2024 Amblas 94,4% Jadi US$163 Ribu, Ini Penyebabnya
Waspada IHSG Balik Arah ke Zona Merah Pascalibur
Laba Q1-2024 PTBA Menyusut 31,9 Persen Menjadi Rp790,9 Miliar
Laba Q1-2024 Antam Tergerus 85,66 Persen Menjadi Rp238,37 Miliar