Pemerintah Kaji Kenaikan Harga Pertalite dan LPG 3 Kg

Pemerintah juga batasi pupuk bersubsidi.

Pemerintah Kaji Kenaikan Harga Pertalite dan LPG 3 Kg
Menko Ekon, Airlangga Hartarto. (dok. Setpres)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah tengah mengkaji kenaikan harga BBM subsidi jenis Pertalite, menyusul lonjakan harga minyak mentah dunia beberapa waktu terakhir.

Tak hanya BBM, pemerintah juga mempertimbangkan kenaikan harga LPG 3 kg yang selama ini merupakan komoditas bersubsidi. "Saat sekarang kami masih mengkaji. Nanti sesudah kaji, akan kami umumkan," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (5/4).

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga juga menyampaikan bahwa pemerintah akan membatasi pupuk bersubsidi untuk mengantisipasi kenaikan harga pupuk di pasar dunia yang berpotensi ikut mendorong inflasi komoditas.

"Bapak presiden meminta perhatian kenaikan harga pupuk karena pupuk juga naik dan dilihat dari penggunaan dalam negeri ada yang subsidi dan nonsubsidi tentu akan ada pembatasan terkait dengan komoditas prioritasnya,” tuturnya.

Pembatasan pupuk

Terkait komoditas prioritas yang nantinya akan diperuntukan untuk pupuk itu diantaranya padi, jagung, kedelai, bawang merah, cabai, tebu rakyat dan kakao. Di sisi lain, Airlangga menambahkan pemberian pupuk subsidi juga akan dipersempit hanya pada pupuk jenis Urea dan NPK. 

“Pupuk yang disubsidi juga mulai dibatasi Urea dan NPK kita ketahui Urea sekarang harganya mendekati US$1.000 (per ton) dan Potas dan KCL Indonesia impor dari Ukraina oleh karena itu Bapak Presiden mewanti-wanti agar subsidi pupuk tepat sasaran,” kata dia. 

Dengan demikian, diharapkan kenaikan harga pupuk di pasar dunia itu tidak membuat kelangkaan stok di petani yang belakangan mendorong harga-harga komoditas pangan tertahan tinggi pada tahun ini.

Airlangga menambahkan bahwa kenaikan harga berbagai komoditas, terutama pangan dan energi merupakan dampak dari kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina.Indeks harga pangan secara global, berdasarkan data lembaga pangan dunia FAO, tercatat di atas 140 dan komoditas minyak nabati meningkat di atas 200.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Saham Anjlok, Problem Starbucks Tak Hanya Aksi Boikot
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M