Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp104,7 Triliun Hingga 31 Maret 2024

Realisasi penarikan utang turun 53,6 persen yoy.

Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp104,7 Triliun Hingga 31 Maret 2024
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan keterangan kepada wartawan terkait pemberian tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 untuk aparatur sipil negara (ASN) di Jakarta, Jumat (15/3/2024). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Fortune Recap

  • Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan realisasi pembiayaan utang per 31 Maret 2024 mencapai Rp104,7 triliun atau 16,1 persen dari target.
  • Realisasi pembiayaan jauh lebih rendah dari tahun lalu.
  • Pembiayaan melalui utang tetap manageable dengan strategi yang dilakukan secara fleksibel dan oportunistik.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi pembiayaan utang per 31 Maret 2024 mencapai Rp104,7 triliun atau 16,1 persen dari target Rp648,1 triliun yang ditetapkan dalam APBN.

Pembiayaan itu terdiri dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto sebesar Rp104 triliun atau 15,6 persen dari target Rp666,4 triliun dalam APBN, dan pinjaman neto sebesar Rp600 miliar atau -3,4 persen dari target APBN yang sebesar -Rp18,4 triliun.

"Nilainya jauh lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai Rp225,4 triliun atau turun drastis 53,6 persen,” ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTA, Jumat (24/4).

Jika dibandingkan, realisasi penerbitan SBN juga jauh di bawah realisasi tahun lalu sebesar Rp217,6 triliun atau tumbuh negatif 52,2 persen yoy. Adapun realisasi pinjaman turun 91,9 persen yoy dari sebelumnya Rp7,8 triliun.

Sri Mulyani mengatakan pembiayaan melalui utang tetap dapat dikelola via dukungan optimalisasi SBN (lelang dan ritel) dan pinjaman tunai dari lembaga multilateral dan bilateral, serta pemanfaatan Saldo Anggaran Lebih (SAL).

Selain itu, strategi pembiayaan APBN dilakukan secara fleksibel dan oportunistik dalam aspek timing, tenor, currency, dan instrumen, agar mendapatkan pembiayaan yang paling efisien dan optimal.

Menurutnya, ada empat zona yang selalu diperhatikan oleh pemerintah, yakni Amerika, Eropa, Jepang, dan Timur Tengah, sebagai zona yang cukup menentukan instrumen global saat ini.

“Ini adalah waktu-waktu yang cukup dinamis, karena perubahan nilai tukar, suku bunga, imbal hasil (yield), dan juga guncangan yang berasal dari negara maju harus kita perhatikan,” katanya.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
TDS 3 in Jakarta: NCT Dream, Sebuah Ikon Pertumbuhan
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Ulang Tahun ke-22, Starbucks Indonesia Donasi Rp5 Miliar ke Gaza
Perkuat Ekosistem Kuliner Jepang, J Trust Gandeng Kushikatsu Daruma
Saat Bos Starbucks Bicara Persaingan dengan Brand Kopi Lokal