Disokong Pajak, Pendapatan Negara Tumbuh 32% pada Maret 2022

Pendapatan yang sudah masuk ke kas negara Rp501 triliun.

Disokong Pajak, Pendapatan Negara Tumbuh 32% pada Maret 2022
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan pers secara daring, Sabtu (16/4). (dok. Kemenkeu)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi pendapatan negara pada Maret 2022 mencapai Rp501 triliun atau 27,1 persen dari target APBN Rp1.846,1 triliun. Jumlah itu meningkat 32,1 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp379,4 triliun.

“Kita lihat growth-bya pada Februari 37 persen, sekarang 32 persen. Ini agak sedikit melemah tapi masih cukup tinggi,” ujarnya dalam dalam konferensi pers APBN KiTA di Rabu (20/4).

Realisasi pendapatan negara sebesar Rp501 triliun tersebut meliputi perpajakan sebesar Rp401,8 triliun serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp99,1 triliun.

Secara terperinci, pos perpajakan terdiri dari penerimaan pajak Rp322,5 triliun, naik 41,4 persen dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp228,1 triliun, serta kepabeanan dan cukai Rp79,3 triliun yang naik 27,3 persen dari Rp62,3 triliun.

Adapun penerimaan pajak Rp322,5 triliun pada bulan lalu meliputi PPh non-migas sebesar Rp172,09 triliun, PPN dan PPnBM Rp130,15 triliun, PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dan pajak lainnya Rp2,29 triliun, serta PPh Migas Rp17,94 triliun.

Sementara untuk penerimaan kepabeanan dan cukai yang sebesar Rp79,3 triliun meliputi bea masuk yang tumbuh 39,2 persen, cukai yang tumbuh 15,6 persen, bea keluar yang tumbuh 132,2 persen.

Terakhir untuk penerimaan PNBP sebesar Rp99,1 triliun, yang naik 11,8 persen dibanding periode sama 2021, didukung oleh meningkatnya pendapatan Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) yang tumbuh 0,4 persen dari target APBN.

Faktor pendorong

Menurut Sri Mulyani, kinerja penerimaan pajak hingga 41,3 persen pada Maret ditopang oleh pemulihan ekonomi yang terlihat dari PMI Manufaktur yang baik dan ekspansif, harga komoditas serta ekspor dan impor. Kemudian, selain karena low based effect dari Maret 2021, juga karena pergeseran sebagian penerimaan Februari ke Maret akibat tiga hari terakhir Februari jatuh pada hari libur.

Pertumbuhan juga akibat peningkatan impor dan Program Pengampunan Sukarela (PPS) sehingga jika tanpa pergeseran hari libur maka penerimaan Februari tumbuh 22,3 persen dan Maret tumbuh 45,4 persen.

"Di sisi lain, pertumbuhan yang sangat tinggi ini juga dikarenakan sampai Maret tahun lalu penerimaan pajak kita masih rendah," kata Menkeu.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M