Sri Mulyani Sebut Resesi Global Pengaruhi Harga Minyak Tahun Depan

Perang Rusia-Ukraina juga bisa pengaruhi gerak harga minyak.

Sri Mulyani Sebut Resesi Global Pengaruhi Harga Minyak Tahun Depan
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan pers secara daring, Sabtu (16/4). (dok. Kemenkeu)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan resesi global akan memengaruhi harga minyak di tahun depan. Sebab, jika negara-negara maju masuk ke zona resesi, permintaan komoditas tersebut bisa menurun dan harga minyak berpeluang berada di bawah US$100 per barel.

Indonesia menetapkan harga minyak (ICP) sebesar US$90 per barel dalam asumsi makro APBN 2023. Dengan proyeksi tersebut, subsidi dan kompensasi energi termasuk BBM di tahun depan disiapkan lebih Rp340 triliun.

"Amerika Serikat (AS) dan Eropa jelas akan menghadapi potensi resesi yang sangat tinggi, mengapa? Karena inflasi mereka sangat tinggi, 40 tahun tertinggi dan saat ini direspons dengan kenaikan suku bunga dan likuiditas yang diketatkan," ujarnya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Rabu (7/9).

Alaram resesi di AS dan Eropa memang telah berdering akibat tingginya inflasi di tahun ini. Namun, di awal tahun, bank sentral baik di AS dan Eropa masih menganggap tingginya harga tersebut bersifat temporer karena disrupsi akibat pandemi Covud-19.

Belakangan, setelah perang Rusia dan Ukraina mulai muncul, minyak bahkan kini dijadikan alat untuk salah satu instrumen perang. "Sehingga kita akna lihat bahwa kalau seandainya outlook negara-negara tersebut masuk resesi, maka permintaan terhadap minyak menjadi turun, maka pressure terhadap kenaikan harga diperkirakan akan menurn," jelasnya.

Sebagai informasi, saat ini harga minyak mulai menurun menjadi dalam kisaran US$94  per barel, setelah sempat melambung di level US$126 barel. Dengan posisi tersebut, pemerintah memprediksi anggaran subsidi dan kompensasi energi hingga akhir 2022 berada di kisaran Rp650 triliun-Rp680 triliun.

Perang Rusia-Ukraina

Selain potensi resesi,faktor lainnya yang akan memengaruhi harga minyak dan komoditas dunia adalah seberapa lama perang Rusia dan Ukraina berlangsung. Pasalnya, tak ada yang dapat memprediksi kapan kondisi tersebut akan berakhir.

"Selama perang terjadi, berarti disrupsi dari sisi suplai, Rusia itu diembargo," terangnya.

Memang, ada rencana Amerika Serikat mencoba membuat price gap untuk minyak Rusia yang sekarang sudah diadopsi negara-negara G7. Namun, seperti yang ia sebut sebelumnya, saat ini minyak juga menjadi instrumen dalam perang.

"Masing-masing menggunakannya itu. Presiden Putin menggunakan gas suplainya ke Eropa diberhentikan. Pihak G7 dan NATO mengembargo minyak dari Rusia," tuturnya.

Dengan ketidakpastian harga minyak dunia, lanjut Sri Mulyani, pemerintah harus lebih hati-hati dalam merancang APBN di tahun depan. Terlebih, defisit APBN 2023 sudah kembali ke bawah 3 persen.

"Menggunakan instrumen defisit itu secara cermat dan prudent, karena tadi cost of fund tinggi, gejolak dari financialnya menjadi sangat nyata, sehinga kita harus menggunakan instrumen itu as long as itu justify," terangnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia
Laba PTRO Q1-2024 Amblas 94,4% Jadi US$163 Ribu, Ini Penyebabnya
Waspada IHSG Balik Arah ke Zona Merah Pascalibur
Laba Q1-2024 PTBA Menyusut 31,9 Persen Menjadi Rp790,9 Miliar
Laba Q1-2024 Antam Tergerus 85,66 Persen Menjadi Rp238,37 Miliar