Kemenperin: Penyetopan Ekspor Bahan Mentah Demi Bernilai Tambah

Kemenperin mendorong industri smelter untuk hilirisasi.

Kemenperin: Penyetopan Ekspor Bahan Mentah Demi Bernilai Tambah
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita. (dok.Kemenperin)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pemerintah tampaknya serius atas niatan menyetop ekspor bahan mentah komoditas mineral dan batu bara (minerba). Rencana penyetopan yang sebelumnya digaungkan oleh Presiden Joko Widodo ini diteruskan oleh Kementerian Perindustrian.

“Bapak Presiden Jokowi menekankan, kita akan setop ekspor bahan mentah nikel, kemudian tahun depan untuk bauksit, selanjutnya tembaga, emas, dan timah. Artinya, kita harus mendirikan industri smelternya di tanah air dalam rangka meningkatan nilai tambah raw material tersebut,” kata Agus Gumiwang dalam keterangan resmi, seperti dikutip pada Rabu (29/12).

Presiden Joko Widodo pada acara peresmian pabrik pemurnian nikel milik PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Morowali Utara, Sulawesi Tengah, pada Senin (27/12), menekankan soal penyetopan sejumlah komoditas minerba secara bertahap. Dia berharap dengan hilirasi nilai tambahnya akan berada di dalam negeri serta bisa dirasakan oleh masyarakat.

Investasi pabrik smelter

PT GNI merupakan industri smelter dengan potensi kapasitas produksi feronikel mencapai 1,8 juta ton per tahun, kata Agus. Perusahaan ini memberikan nilai tambah yang tak sedikit: dari bijih nikel yang diolah menjadi feronikel nilai tambahnya bisa sekitar 14 kali lipat, sedangkan bila dibentuk billet stainless steel bisa sebesar 19 kali lipat.

Perusahaan itu juga melengkapi lini produksi PT Obsidian Stainless Steel di Konawe Sulawesi Tenggara, industri smelter feronikel dengan kapasitas produksi 1,2 juta ton per tahun. Selain itu, terdapat PT Virtue Dragon Nickel Industry, yang juga merupakan pabrik komoditas sama dengan kapasitas produksi 1 juta ton per tahun. Ketiga perusahaan berada dalam satu grup dan akan menjadi bagian dari rencana besar pemerintah mengenai hilirisasi.

Menurut Agus, total investasi dari ketiga industri smelter tersebut USD8 miliar atau sekitar Rp114 triliun (asumsi kurs Rp14.250). Dia menyebut, dari perusahaan yang beroperasi ini sudah mampu menyumbang penerimaan negara berupa pajak sebesar Rp1,03 triliun pada 2019-2021.

Secara keseluruhan, menurut Agus, nilai realisasi investasi pabrik smelter nikel Indonesia sampai saat ini mencapai US$15,7 miliar atau setara Rp223,725 trilun. 

Mantan Menteri Sosial itu juga menambahkan ekspor produk feronikel saban tahunnya meningkat. Misalnya, pada Januari-Oktober 2021 ekspor komoditas tersebut mencapai US$5,6 miliar atau setara Rp79,80 triliun. Dengan begitu, pertumbuhannya 19,1 persen dari US$4,7 miliar (Rp66,97 triliun) pada 2020.

Penyerapan tenaga kerja

Agus mengatakan keberhasilan dari kebijakan hilirasi industri juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Sebagai gambaran, ketiga smelter tersebut diharapkan menyerap 27 ribu tenaga kerja.

Selain itu, dia juga mengeklaim bahwa berkembangnya industri smelter dalam negeri turut berimbas positif bagi ekonomi wilayah setempat.

“Sebagai ilustrasi, kalau biasanya Kabupaten Konawe ini pertumbuhan ekonominya sekitar 5 sampai 6 persen sebelum ada investasi datang, selama dua tahun terakhir ini pertumbuhannya sudah di angka belasan persen,” ujarnya

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

IDN Media Channels

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi