Femisida: Pembunuhan Perempuan dengan Sengaja

Banyak terjadi di negara Asia.

Femisida: Pembunuhan Perempuan dengan Sengaja
ilustrasi femisida (pexels.com/Mart Production)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Femisida atau femicide adalah bentuk paling ekstrim dari kekerasan berbasis gender (Gender Based Violence).

Berkaitan dengan hal tersebut, baru-baru ini telah terjadi pembunuhan pada seorang guru muslimah di Inggris bernama Sabina Nessa. Jasad perempuan berusia 28 tahun itu ditemukan pada 17 September 2021 di bawah tumpukkan daun di sebuah taman.

Kasus ini kemudian menjadi sorotan karena Nessa dibunuh dengan begitu sadis di tempat umum. 

Selain itu, pada Bulan Maret seorang perempuan bernama Sara Everard juga mengalami kasus serupa dimana ia diculik, mendapat kekerasan seksual, dan akhirnya dibunuh. Begitupun terjadi di Iran pada pertengahan September ini, seorang gadis bernama Mahasa Amini mengalami kekerasan hingga meninggal dunia.

Melihat hal ini, masyarakat menjadi khawatir dengan keselamatan perempuan. Beberapa orang banyak menyebutkan hal ini merupakan bentuk femisida. Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini.

Apa itu femisida?

ilustrasi kekerasan terhadap perempuan (pexels.com/Mart Production)

Femisida atau lebih dikenal juga dengan sebutan feminisida merupakan bentuk kekerasan berbasis gender. Hal ini berupa pembunuhan yang disengaja terhadap perempuan karena mereka adalah perempuan.

Menurut World Health Organization (WHO), adapun sebagian besar kasus pembunuhan terhadap perempuan dilakukan oleh pasangan atau mantan pacar. 

Bentuk kekerasan yang diterima oleh perempuan adalah berupa pelecehan secara terus menerus di rumah, adanya intimidasi atau ancaman, hingga kekerasan seksual. Situasi ini terjadi karena pelaku yakin bahwa perempuan memiliki kekuatan yang lebih kecil dibanding lawannya.

Jenis femisida

ilustrasi femisida (unsplash.com/Kat J)

Femisida terbagi dalam dua kategori, yaitu femisida intim dan non intim.

Femisida intim

Femisida intim adalah pembunuhan yang dilakukan oleh mantan atau seseorang yang dikenal oleh perempuan

Femisida nonintim

Femisida nonintim adalah pembunuhan perempuan yang tidak memiliki hubungan dengan korban. 

Termasuk didalamnya perempuan yang terbunuh karena konflik peperangan, pembunuhan karena kehormatan, pembunuhan karena diduga mempermalukan keluarga, pembunuhan karena ras, dan pembunuhan perempuan transgender.

Seberapa besar permasalahan femisida?

ilustrasi femisda (unsplash.com/Mika Baumeister)

Sebenarnya tidak ada data global yang tercatat secara konsisten mengenai kasus femicide ini. The United Nations Office on Drugs and Crime’s (UNODC) menyajikan data pembunuhan dari tahun 2017 hingga 2019. 

Sepanjang tahun tersebut, terdapat 87 ribu kasus pembunuhan terhadap perempuan yang disengaja. Mirisnya, setengah dari jumlah kasus tersebut dilakukan oleh orang yang dikenal korban.

Di Inggris, tahun 2009–2018 ada setidaknya laporan pembunuhan satu orang perempuan yang dilakukan oleh laki-laki dalam tiga hari. Laporan Sensus Femicide ini diterbitkan pada November 2020.

Pada tahun 2017, jumlah terbesar perempuan yang terbunuh berasal dari Asia. Kemudian, diikuti oleh Afrika, Amerika, Eropa, dan Oseania.

Sebuah studi tahun 2016 mengenai A Gendered Analysis of Violent Deaths menyebutkan bahwa angka pembunuhan terendah ada di empat negara berpenghasilan tinggi di dunia, yaitu Slovenia, Austria, Selandia Baru, dan Swiss.

Akan tetapi, tingkat pembunuhan perempuan di negara tersebut lebih besar atau sama dengan tingkat pembunuhan terhadap laki-laki.

Bagaimana cara meminimalisir femisida?

Adapun aturan mengenai perempuan harus mengenakan apa dan bagaimana berperilaku merupakan aturan yang tidak membuat kasus pembunuhan terhadap perempuan menjadi berkurang.

Salah satu cara yang digunakan pemerintah Peru yang bisa dicontoh untuk mengurangi kasus ini antara lain:

  • Setiap lembaga memiliki satu tujuan,yakni untuk mengurangi femisida serta menuntut para pelaku kekerasan terhadap perempuan.
  • Membantu pusat darurat untuk perempuan.
  • Hotline untuk korban kekerasan terhadap perempuan.
  • Pasukan polisi khusus untuk pencegahan kekerasan dalam rumah tangga.

Selain itu, sebuah penelitian di Bristol University menyarankan cara mengurangi femisida adalah masyarakat harus mencermati pandang mengenai maskulinitas atau feminitas, kesetaraan gender, kekerasan dalam rumah tangga, hukum femisida, dan pernah agama mengenai femisida dan kekerasan terhadap perempuan.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen