Upaya Patriot Energi Buka Akses Listrik di Desa 3T Indonesia

Jutaan masyarakat desa terpencil sulit mengakses listrik.

Upaya Patriot Energi Buka Akses Listrik di Desa 3T Indonesia
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bagi jutaan masyarakat di desa terpencil, listrik yang stabil masih menjadi ‘barang mewah’. Para siswa di sana mesti belajar dengan pencahayaan lilin ketika malam tiba, belum lagi dengan fasilitas kesehatan yang tak beroperasi maksimal karena keterbatasan daya listrik. Karena itulah, perjuangan meningkatkan kesejahteraan di area itu terbilang berat.

Namun, Program Patriot Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dapat mengubah keadaan itu. Lewat inisiatif tersebut, Kementerian ESDM merekrut muda-mudi yang bertugas meningkatkan penggunaan sumber daya energi ramah lingkungan.

Berdasarkan keterangan resmi Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, program itu bertujuan meningkatkan akses ke layanan kesehatan, pendidikan, dan pembangunan ekonomi di desa 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

Bersama dengan program itu, PBB juga menginisiasi proyek energi ramah lingkungan ACCESS di 23 desa di Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Tengah. Tujuan program itu ialah pemasangan panel surya di sejumlah pulau terpencil Tanah Air.

1. Para Patriot Energi Ditugaskan di Desa Terpencil Selama Setahun

Sejak April hingga Mei 2021, Kementerian ESDM telah menyeleksi sekitar 100 muda-mudi sarjana/diploma jurusan teknik, lalu dilatih pada Juni hingga Juli 2021. Kemudian, mereka yang terpilih ditugaskan selama 12 bulan di masing-masing desa penempatan.

Salah satu patriot energi terpilih yang hidup di desa terpencil, Ristifah (29) membagikan kisahnya menghadapi kelangkaan pasokan listrik. “Dulu kami hanya dapat pasokan listrik tiga jam sehari,” katanya, dikutip dari laman resmi PBB, Kamis (2/9).

Ristifah dan rekan-rekannya diminta memetakan potensi energi terbarukan di desa penempatan sebagai dasar pembuatan program pembangunan berkelanjutan, seperti penyediaan fasilitas listrik desa berbasis energi ramah lingkungan.

Mereka juga bakal menjadi katalisator demi melahirkan kegiatan ekonomi lokal yang memanfaatkan energi terbarukan, serta membantu mengawasi pelaksanaan program ACCESS milik PBB.

2. Kebutuhan akan Energi Ramah Lingkungan di Indonesia

Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat dunia, Indonesia sangat membutuhkan kekuatan energi terbarukan. Sebab laju pesat pembangunan ekonomi selama 10 tahun terakhir meningkatkan permintaan energi secara signifikan.

Pemerintah telah berjanji akan menghapus seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara pada 2055. Di sisi lain, sekitar 30 juta dari total populasi tak memiliki akses listrik yang memadai.

Di situlah Ristifah dan teman-temannya akan membantu. Selama setahun, mereka akan memonitor pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) off-grid 1,2 MW. Pembangunan fasilitas itu ditargetkan rampung pada pertengahan 2022.

Fasilitas listrik itu diklaim mampu menyediakan listrik untuk sekitar 20.000 masyarakat di desa 3T. Meski masih belum bisa mencukupi total kebutuhan listrik di Indonesia, program tersebut dapat berperan sebagai cetak biru pembangunan pedesaan yang melampaui dukungan ekonomi-sosial dasar.

3. Patriot Energi Dapat Mengatasi Ketimpangan Laju Pembangunan Kota dan Desa

Dengan lebih dari 17.000 pulau yang membentang sepanjang Sabang hingga Merauke, masih banyak desa terpencil Indonesia yang berada di luar jangkauan jaringan listrik nasional. Salah satunya, Desa Muna di Sulawesi, lokasi Ristifah bertugas.

Muna mengandalkan generator berbahan bakar uap sebagai sumber listrik. Padahal, generator seperti itu acap kali tak mencukupi kebutuhan masyarakat. Asapnya pun beracun sehingga berisiko menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan.

Menurut Koordinator Residen PBB di Indonesia, Valerie Julliand, ketimpangan laju pembangunan antara pedesaan dan perkotaan sangatlah mencolok. Penyebab terbesarnya, imbuh Valerie, yakni perbedaan akses ke kekuasaan. 

Di situlah peran para patriot energi dibutuhkan. “Para patriot akan memastikan masyarakat bersuara tentang pentingnya proyek infrastruktur yang memengaruhi perkembangan kehidupannya. Mereka (patriot) bisa sangat membantu mengatasi ketimpangan laju pembangunan perkotaan dan pedesaan,” jelasnya.

4. Bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

Program ACCESS PBB bertujuan mempromosikan adopsi sumber energi terbarukan, yang juga komponen kunci dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Tujuan nomor tujuh dalam SDGs ialah energi ramah lingkungan dan terjangkau untuk mempercepat akses listrik di negara-negara miskin, sekaligus meningkatkan efisiensi energi dan sumber daya terbarukan.

Penasihat Senior untuk Program Strategis Energi Berkelanjutan UNDP (UN Development Programme’s) di Indonesia, Verania Andria mengatakan, “Proyek ini menunjukkan pentingnya prinsip kami untuk tidak ketinggalan ketika Indonesia mengambil langkah besar menuju pembangunan ekonomi.”

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan