Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Tabung gas
Ilustrasi tabung gas (unsplash.com/Eric Prouzet)

Intinya sih...

  • DME (Dimethyl Ether) tengah digarap pemerintah sebagai alternatif pengganti LPG

  • Keunggulan DME meliputi kandungan panas lebih kecil, massa jenis lebih unggul, dan ramah lingkungan

  • Tantangan implementasi DME di Indonesia termasuk biaya modal tinggi, potensi harga lebih mahal, dan memerlukan teknologi mutakhir

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang mengembangkan proyek hilirisasi batu bara menjadi DME sebagai bahan bakar alternatif LPG. 

Langkah strategis tersebut dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor LPG sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional. DME dinilai sebagai pilihan terdepan karena bahan baku berasal dari dalam negeri dan ramah lingkungan.

Lantas, apa itu DME yang dipilih sebagai pengganti LPG? Simak pengertian, keunggulan, hingga tantangan implementasinya di bawah ini.

Apa itu DME sebagai pengganti LPG?

Gas DME digadang-gadang sebagai calon pengganti gas LPG. Tidak sedikit masyarakat yang mulai mencari tahu apa itu gas DME menyusul proyek DME yang tengah dikembangkan pemerintah.

Dilansir situs resmi Kementerian ESDM, Dimethyl Ether atau DME adalah senyawa eter paling sederhana yang mengandung oksigen dengan rumus kimia CH30CH3. Senyawa ini berwujud gas, tetapi memiliki proses pembakaran yang berlangsung lebih cepat dibandingkan gas LPG.

Bahan baku gas DME berasal dari pengolahan gas bumi atau sumber karbon lainnya, seperti batu bara kalori rendah, Coal Bed Methane (CBM), limbah, dan biomassa yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.

Karakteristik DME diklaim memiliki sifat kimia dan fisika yang serupa dengan gas LPG. DME menggunakan infrastruktur LPG yang ada, seperti tabung, storage, dan handling eksisting.

Keunggulan DME sebagai pengganti LPG

Gas DME tengah diupayakan pemerintah untuk dapat menggantikan gas LPG. Bahan bakar tersebut diklaim dapat mengurangi ketergantungan gas LPG impor. Selain itu, ada beberapa alasan yang membuat DME dipilih. Berikut beberapa keunggulan DME sebagai pengganti LPG.

1. Memiliki kandungan panas lebih kecil

Berdasarkan kandungan panas atau calorific value, gas DME diklaim lebih kecil dibandingkan gas LPG. DME memiliki kandungan panas sebesar 7.749 Kcal per kilogram, sedangkan gas LPG senilai 12.076 Kcal per kilogram.

2. Massa jenis yang lebih unggul

DME juga mempunyai massa jenis yang lebih tinggi. Perbandingan kalori antara DME dengan LPG sekitar 1 berbanding 1,6.

3. Ramah lingkungan

Pemilihan DME sebagai pengganti LPG juga didorong oleh dampaknya bagi lingkungan. DME dinilai mudah terurai di udara sehingga tidak berdampak signifikan pada ozon dan meminimalisir gas rumah kaca hingga 20 persen.

Pemerintah memperhitungkan DME hanya menghasilkan emisi 745 kilogram C02 per tahun, lebih rendah dari gas LPG sebesar 930 kilogram CO2.

4. Nyala api lebih berkualitas

Hasil uji terap yang dilakukan pemerintah membuktikan bahwa kualitas nyala api DME lebih biru, stabil, dan mudah dikendalikan sehingga ideal untuk kebutuhan rumah tangga. Selain itu, DME tidak menghasilkan partikulat matter (pm), nitrogen oksida (NOx), dan tidak mengandung sulfur.

5. Mengurangi ketergantungan impor

Sebagai pengganti LPG, DME diklaim dapat menekan ketergantungan pada produk LPG impor hingga 1 juta ton per tahun, dengan target produksi DME sekitar 1,4 juta ton per tahun. 

Tantangan DME di Indonesia

Terlepas dari keunggulan yang ditawarkan, penerapan DME masih menghadapi tantangan nyata yang perlu diperhatikan. Pembiayaan menjadi salah satu tantangan dari proyek hilirisasi batu bara tersebut. Berikut sejumlah tantangan implementasi DME di Indonesia

1. Biaya modal tinggi

Realisasi DME sebagai pengganti gas LPG membutuhkan biaya modal yang sangat besar. Hal tersebut menjadi tantangan terbesar dalam menarik minat investor.

2. Potensi harga lebih mahal

Biaya produksi yang cukup tinggi juga dapat memengaruhi harga jual gas DME. Beberapa analisis menunjukkan bahwa ada potensi gas DME dijual lebih mahal apabila tidak dikelola dengan tepat.

3. Memerlukan teknologi mutakhir

Proyek besar DME sangat membutuhkan infrastruktur dan teknologi mutakhir yang belum sepenuhnya tersedia atau dikuasai di dalam negeri sehingga pemerintah perlu melakukan transfer teknologi dari negara lain.

4. Proses adaptasi masyarakat

Masyarakat Indonesia telah terbiasa menggunakan LPG untuk memenuhi kebutuhan energi harian. Pengenalan DME sebagai alternatif bahan bakar membutuhkan sosialisasi dan edukasi optimal untuk membangun kepercayaan.

5. Regulasi belum optimal

Implementasi DME di Indonesia memerlukan payung hukum yang kuat demi mendukung kegiatan produksi, distribusi, dan penggunaannya secara massal. Langkah tersebut dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dan investasi.

Realisasi proyek DME dikebut oleh pemerintah

Proyek realisasi DME sebagai pengganti LPG telah berjalan sejak era pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo. Kementerian ESDM melalui Balitbang ESDM telah menyelesaikan uji terap pemakaian DME 100 persen di wilayah Palembang dan Muara Enim pada Desember 2019 hingga Januari 2020. Tahapan tersebut melibatkan 155 kepala keluarga dan mendapatkan respon positif secara umum.

Selain itu, tahap uji terap DME 20 persen, 50 persen, dan 100 persen telah dilakukan di Jakarta, tepatnya di Kecamatan Marunda kepada 100 kepala keluarga pada 2017.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyebutkan bahwa penentuan lokasi hilirisasi batu bara menjadi DME direncanakan pada Desember 2025, dengan target pembangunan pada 2026. Langkah strategis tersebut diupayakan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional sekaligus menekan angka impor.

Proyek besar DME sebagai pengganti LPG terus dikebut. Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan jajarannya untuk mempercepat 18 proyek hilirisasi yang telah melewati tahap pra-studi kelayakan dan nilai investasi keseluruhannya mencapai hampir Rp600 triliun pada rapat terbatas di Jakarta pada Kamis (6/11).

Produksi massal gas DME ditargetkan dapat direalisasikan pada tahun 2027. Pengembangan bahan bakar tersebut akan menggunakan energi dalam negeri. 

Demikian rangkuman mengenai apa itu DME yang dipilih sebagai pengganti LPG sebagai bagian dari program hilirisasi batu bara. Semoga bermanfaat!

FAQ seputar DME

  1. Mengapa DME dipilih sebagai pengganti LPG di Indonesia?
    Pengembangan DME bertujuan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia pada impor LPG. Produksi DME diharapkan dapat meningkatkan ketahanan energi negara.

  2. Kapan DME mulai digunakan secara massal di Indonesia?
    Pemerintah melalui Kementerian ESDM menargetkan produksi gas DME secara massal pada tahun 2027, dengan proses pembangunan pada tahun 2026.

  3. Apakah DME aman digunakan untuk kebutuhan rumah tangga?
    Ya, DME dapat digunakan aman selama tabung dan regulator disesuaikan dengan standar yang sama seperti LPG.

Editorial Team