Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-09-22 at 15.15.42.jpeg
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa (tengah) sebelum memberikan pemaparan pada konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Senin (22/9). (Eko Wahyudi/Fortune Indonesia)

Intinya sih...

  • Defisit APBN mencapai Rp321,6 triliun atau 1,35 persen dari PDB hingga Agustus 2025.

  • Pendapatan negara mencapai Rp1.638,7 triliun, terdiri atas penerimaan perpajakan dan PNBP.

  • Belanja negara terealisasi Rp1.960,3 triliun, dengan keseimbangan primer mengalami surplus Rp22 triliun.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Agustus 2025 mengalami pelebaran defisit.

Saat menyampaikan laporan APBN, Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menyatakan defisit tercatat mencapai Rp321,6 triliun atau setara 1,35 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Angka tersebut naik jika dibandingkan dengan defisit per Juni 2025 yang masih berada pada kisaran 0,84 persen terhadap PDB.

“Ini realisasi APBN sampai 31 Agustus 2025. Pendapatan negara Rp1.638,7 triliun, itu 57 persen terhadap outlook-nya senilai Rp2.865,5 triliun,” kata Purbaya dalam konferensi pers APBN Kinerja dan Fakta (KiTa) di Jakarta, Senin (22/9).

Hingga Agustus 2025, pendapatan negara mencapai Rp1.638,7 triliun. Angka ini terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp1.330 triliun dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp306,8 triliun.

Dari sisi perpajakan, penerimaan pajak mencapai Rp1.135,4 triliun, sedangkan kepabeanan dan cukai memberikan kontribusi senilai Rp194,9 triliun.

Belanja negara membengkak

Sementara itu, realisasi belanja negara telah mencapai Rp1.960,3 triliun, atau 55,6 persen dari outlook sepanjang tahun yang dipatok pada level Rp3.527,5 triliun.

Realisasi tersebut terdiri atas belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.388,8 triliun dan transfer ke daerah senilai Rp571,5 triliun. Belanja pemerintah pusat meliputi Rp686 triliun untuk kementerian/lembaga (K/L) dan Rp702,8 triliun untuk belanja non-K/L.

Meski terjadi pelebaran pada defisit APBN, keseimbangan primer masih mencatatkan surplus Rp22 triliun. Padahal, outlook keseimbangan primer 2025 dirancang negatif Rp109,9 triliun.

“Kalau lihat dari sini, harusnya keseimbangan primer negatif sampai akhir tahun. Jadi, indikasinya masih ada belanja pemerintah yang mesti dipercepat lagi,” kata Purbaya.

Sebagai catatan, pemerintah mendesain defisit APBN 2025 sebesar Rp616,2 triliun atau 2,53 persen terhadap PDB. Namun, dalam laporan semester I-2025, DPR bersama pemerintah menyetujui pelebaran defisit menjadi 2,78 persen dari PDB.

 

Editorial Team