Konsumen Digital Indonesia Diprediksi Tumbuh Paling Besar
Strategi pendekatan kepada konsumen juga harus diatur ulang.
Jakarta, FORTUNE - Riset terbaru Facebook bersama Bain & Company tentang tren terkini konsumen digital di Asia Tenggara memperkirakan bahwa Indonesia akan memiliki 165 juta konsumen digital pada akhir 2021. Sebelumnya, pada akhir 2020, konsumen digital di Indonesia mencapai 144 juta dan pertumbuhan yang terjadi adalah yang terbesar selama 2021. Pertumbuhan ini sejalan dengan perkiraan konsumen digital di Asia Tenggara sejumlah 350 juta pada akhir 2020.
Melansir laporan riset berjudul “SYNC Southeast Asia” ini, 80 persen konsumen Asia Tenggara akan beralih ke digital pada akhir 2020. Hal ini menyusul adanya pertumbuhan konsumen digital sebesar 40 juta di kawasan Asia Tenggara. Penetrasi ritel ini bahkan kini lebih besar dari pertumbuhan yang terjadi di India dan Tiongkok.
Country Director Facebook Indonesia, Pieter Lydian, mengatakan strategi pendekatan kepada konsumen juga harus diatur ulang demi menanggapi konsumen Indonesia yang terus berkembang. “Langkah ini menghadirkan peluang bagi bisnis untuk membangun merek mereka dan terhubung dengan konsumen dalam hal yang paling penting bagi mereka,” katanya.
Adapun, riset ini mengumpulkan data dari 16.706 orang, serta wawancara atas 20 praktisi eksekutif dari 6 negara responden, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Potensi besar pasar digital masa depan
Studi memperlihatkan adanya potensi besar untuk membangun loyalitas dan pertumbuhan merek karena pasar e-commerce masih terpecah. Tahun ini konsumen Indonesia melihat-lihat 8,2 situs web yang berbeda sebelum membuat keputusan untuk membeli. Angka ini meningkat cukup drastis dari rata-rata 5,1 pada 2020.
Ada sebuah temuan menarik. 93 responden mengaku bersedia membayar lebih untuk produk berkelanjutan dan bertanggung jawab secara sosial. Hasil ini menunjukkan bahwa mereka sekarang lebih sadar akan lingkungan.
Selain itu, gaya hidup rumahan juga semakin menjadi pilihan di Indonesia. Riset ini memperkirakan sekitar 85 persen waktu yang dihabiskan untuk berbagai kegiatan rumahan daripada aktivitas lainnya, masih akan terjadi di masa setelah pandemi. Bahkan, 66 persen responden berharap untuk tetap bekerja dari rumah sekalipun pandemi berangsur pulih.
Fase pencarian yang jadi penting
Fase pencarian produk kini menjadi penting, 83 persen sarana pembelian untuk menemukan barang yang harus dibeli diakses secara online. Sementara hanya 17 persen yang masih memanfaatkan sarana offline.
Saluran digital kini memperoleh porsi 56 persen dari keseluruhan transaksi, dengan 44 persen sisanya lewat sarana offline. Media sosial disebut menjadi saluran teratas untuk fase pencarian, terutama video di media sosial. Video di media sosial mencapai angka 19 persen.
“Temuan ini menunjukkan fakta bahwa sekarang adalah saat yang tepat bagi merek untuk berani maupun kreatif dalam bereksperimen dengan cara-cara baru untuk bertemu dan ditemukan oleh konsumen digital,” kata Pieter.
Pieter berharap dapat berperan secara positif dalam mendukung bisnis di Indonesia untuk bereksperimen dengan fitur “Shops” untuk jadi etalase gratis yang dapat digunakan di Facebook maupun instagram. “Atau dengan fitur Reels yang menawarkan cara baru dalam menciptakan dan menemukan video singkat yang menghibur di Instagram,” ucapnya.
Aliran dana modal ventura
Riset ini mendapati bahwa lebih dari 80 persen dana perusahaan modal ventura mengalir ke sektor internet dan teknologi, terutama Fintech, EdTech, serta HealthTech. Karenanya, laporan ini menujukkan disrupsi mungkin lebih terlihat pada sektor kesehatan dan pendidikan. Hal ini disebabkan kedua sektor ini cukup berkembang pesat untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan konsumsi.
“Saatnya telah tiba bagi perusahaan produk konsumen untuk memanfaatkan perubahan paradigma perilaku konsumen di Indonesia. Pemilik merek yang paling sukses akan berfokus pada strategi untuk memanfaatkan ledakan digital pasca pandemi di Asia Tenggara dan melindungi diri mereka dari disrupsi digital berikutnya,” kata Partner dari Bain & Company, Edy Widjaja, seperti dilutip ANTARA News, Kamis (16/9).