WHO: Penyebaran Omicron Berada di Level yang Belum Pernah Terjadi
Penerapan booster vaksin harus lebih adil dan merata.
Jakarta, FORTUNE - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa varian virus Covid-19, Omicron, sudah menyebar pada tingkat yang tidak yang belum pernah terjadi. Selain itu, Omicron memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan jenis sebelumnya dan kemungkinan kini sudah tersebar ke sebagian besar negara dunia.
Berdasar catatan WHO, sekitar 77 negara sudah melaporkan kasus Omicron. Jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah, merujuk pada negara yang memang belum terdeteksi.
“Omicron menyebar dengan kecepatan yang belum pernah kita lihat dengan varian sebelumnya,” ujar Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kepala WHO, seperti dikutip Al Jazeera (14/10).
WHO sayangkan Omicron kerap diremehkan
Tedros menyayangkan beberapa pihak yang mengabaikan Omicron dan menyebutnya sebagai varian ringan. Ia menilai bahwa sikap meremehkan akan mendatangkan penyesalan dan kesulitan berbagai risiko yang ditimbulkan ke depan.
“Bahkan, jika Omicron memang menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, jumlah kasus yang banyak sekali, dapat membanjiri sistem kesehatan yang tidak siap,” kata Tedros.
Penemuan Omicron memicu kekhawatiran timbulknya lonjakan lain dalam infeksi global. Situasi ini membuat banyak negara memberlakukan pembatasan perjalanan menuju beberapa negara Afrika Selatan.
Keadilan pemerataan vaksin
Lebih lanjut, Tedros mengatakan bahwa munculnya Omicron telah mendorong beberapa negara untuk memulai program booster Covid-19 untuk seluruh populasi orang dewasa, meskipun kurang bukti untuk efektivitas booster terhadap strain Omicron. Namun, situasi ini rawan memunculkan ketidakadilan dalam pemerataan pemberian vaksin yang berakibat pada penimbunan vaksin.
Untuk itu, menurut Tedros, badan kesehatan PBB mendukung pemberian booster ini, asalkan distribusi suntikan diprioritaskan secara dilakukan secara adil. “WHO tidak menentang booster, kami menentang ketidakadilan. Perhatian utama kami adalah menyelamatkan nyawa, di mana saja. Ini sangat sederhana: Prioritas di setiap negara, dan secara global, harus melindungi yang paling tidak terlindungi, bukan yang paling terlindungi,” katanya.
Menurutnya, booster vaksin Covid-19 akan memainkan peran penting, terutama bagi individu yang berisiko tinggi terpapar Covid. Tedros mencatat 41 negara masih belum bisa memvaksinasi 10 persen dari populasinya, dan 98 negara belum mencapai 40 persen.
“Jika kita mengakhiri ketidakadilan, kita mengakhiri pandemi. Jika kita membiarkan ketidakadilan berlanjut, kita membiarkan pandemi berlanjut,” ucapnya.
Pfizer klaim tingkat keampuhan pil antivirus mendekati 90%
Sebelumnya, perusahaan farmasi global, Pfizer, menyatakan, analisis akhir pil antivirus Covid-19 yang mereka produksi menunjukkan hampir 90 persen keampuhan mencegah rawat inap dan kematian pada pasien berisiko tinggi. Hal yang menggembirakan lainnya, data laboratorium menunjukkan bahwa obat yang akan disebut Paxlovid ini juga efektif terhadap varian Omicron.
Mikael Dolsten, Chief Scientific Officer (CSO) Pfizer, menyampaikan kepada Al Jazeera, pengujian laboratorium menunjukkan bahwa aktivitas terhadap protease varian Omicron sama baiknya dengan semua varian SARS-COV-2 yang menjadi perhatian.
Pfizer siap mengirimkan 180.000 paket perawatan Paxlovid pada tahun ini. Rencananya, tahun 2022, perusahaan akan memproduksi setidaknya 80 juta paket perawatan lagi. Dolsten bahkan menyampaikan bahwa Pfizer ingin menambah produksi ini karena varian baru Omicron diperkirakan akan meningkatkan kebutuhan pil antivirus ini.