Jakarta, FORTUNE - Perekonomian Indonesia dinilai akan lebih mampu menahan dampak kebijakan pengurangan likuditas atau tapering off Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve. Dampak kebijakan tersebut diperkirakan tidak akan separah peristiwa taper tantrum pada 2013.
Pernyataan tersebut merupakan kesimpulan dari hasil uji ketahanan (stress test) yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan lembanganya sudah mengantisipasi serta melakukan asesmen perihal dampak kebijakan tapering off The Fed.
“Dengan asesmen-asesmen dan juga kondisi ekonomi Indonesia serta berbagai pengalaman yang kami lakukan, dampak dari The Fed tapering tentu saja bisa diantisipasi secara baik dan lebih rendah kalau dibandingkan dengan taper tantrum 2013,” kata Perry dalam pengumuman hasil rapat dewan gubernur bulanan bulan September 2021 secara daring, Selasa (21/9/2021).
Mengutip Investopedia, tapering off merupakan langkah kebijakan yang diambil oleh bank sentral dalam soal penyesuaian tingkat suku bunga. Tapering off juga merupakan kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE). Upaya tapering off ini dilakukan setelah beberapa stimulus ekonomi dilaksanakan dan bertujuan menstabilkan perekonomian.
Menurut Perry, setidaknya ada tiga alasan yang menyebabkan dampak tapering off ini tak akan separah peristiwa taper tantrum 2013 lalu. Ketiga alasan itu, antara lain: komunikasi The Fed yang baik, upaya stabilisasi nilai tukar, dan ketahanan eksternal Indonesia yang baik.