Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi kontainer peti kemas
ilustrasi kontainer peti kemas (pexels.com/Ollie Craig)

Intinya sih...

  • Dua kontainer sepatu terkontaminasi Cs-137 dari PT Nikomas Gemilang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok.

  • Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan pemeriksaan mendalam.

  • Kontaminasi berasal dari fasilitas smelting milik PT Peter Metal Technology.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Dua kontainer berisi alas kaki, yang sebelumnya ditolak otoritas Amerika Serikat karena terdeteksi mengandung zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137), kini telah berada di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah memeriksa muatan peti kemas itu secara mendalam demi memastikan tingkat kontaminasinya, sebelum memutuskan langkah selanjutnya.

Ketua Bidang Diplomasi dan Komunikasi Satgas Cesium-137, Bara Krishna Hasibuan, menjelaskan satu kontainer telah diperiksa oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat jejak kontaminasi di bagian dalam boks. Meski demikian, bagian luar kontainer dinyatakan bersih.

“BRIN sekarang lagi melakukan pengecekan pendalaman. Kami harapkan minggu ini selesai,” kata dia saat ditemui di Jakarta, Senin (17/11).

Satu kontainer lainnya yang tiba lebih awal, tapi belum diperiksa, juga akan segera menjalani proses serupa. Kedua kontainer tersebut berasal dari PT Nikomas Gemilang, produsen sepatu global seperti Nike dan Adidas, yang berlokasi di Cikande, Banten.

Bara menyatakan penolakan dua kontainer sepatu oleh Amerika Serikat bukanlah kasus baru yang muncul mendadak. Kontaminasi pada produk tersebut diperkirakan berasal dari periode yang sama dengan temuan kontaminasi pada produk udang asal Indonesia oleh Otoritas Obat dan Makanan Amerika Serikat pada awal Agustus 2025. Bahkan, menurut Bara, pencemaran radioaktif justru terjadi beberapa bulan sebelumnya, yakni pada Mei 2025.

“Sumbernya juga sama, yaitu fasilitas smelting milik PT Peter Metal Technology. Pada waktu proses smelting itu, terjadi penguapan radioaktif,” kata Bara.

Kontaminasi itu kemudian terbawa angin ke sejumlah fasilitas industri hingga berdampak pada 22 pabrik dan 13 lapak barang bekas di kawasan industri Cikande. Namun, seluruh lokasi tersebut kini telah melewati proses dekontaminasi.

Pemerintah juga telah memasang Radiation Portal Monitor (RPM) di pintu keluar kawasan industri Cikande, dan selama empat minggu terakhir tidak ditemukan lagi kendaraan yang membawa jejak radioaktif.

Bara menyatakan daftar fasilitas dan pabrik yang sempat beredar di publik—termasuk milik Charoen Pokphand—merupakan data lama yang telah sepenuhnya ditangani.

“Semuanya sudah selesai dilakukan dekontaminasi, jadi sudah kita nyatakan clear and clean,” ujarnya.

Ekspor alas kaki perusahaan tetap berjalan seperti biasa karena pemerintah menilai kontaminasi telah terlokalisasi dan tidak lagi menyebar. Untuk dua kontainer sepatu yang kini berada di Tanjung Priok, langkah pemusnahan akan dilakukan jika hasil uji laboratorium BRIN membuktikan adanya kontaminasi signifikan.

“Kalau memang betul-betul terkontaminasi, kami akan musnahkan,” kata Bara.

 

Editorial Team