23 Kontainer Isi Bubuk Zinc Diduga Radioaktif Dikembalikan ke Filipina

- 23 kontainer berisi bubuk zinc dikembalikan ke Filipina karena diduga terkontaminasi bahan radioaktif cesium-137.
- Pengiriman kedua terindikasi serupa dan segera dipulangkan.
- Pemerintah memperkuat pengawasan melalui Radiation Portal Monitor (RPM) di pelabuhan-pelabuhan besar.
Jakarta, FORTUNE — Pemerintah Indonesia memastikan 23 kontainer berisi bubuk zinc yang diduga terkontaminasi bahan radioaktif cesium-137 (Cs-137) telah dikembalikan ke Filipina. Langkah itu diambil setelah hasil pemeriksaan menunjukkan adanya indikasi kontaminasi pada bahan baku yang digunakan untuk produksi besi dan baja.
Bara Krishna Hasibuan, Ketua Bidang Diplomasi dan Komunikasi Satgas Penanganan Kerawanan Bahaya Radiasi Radionuklida Cs-137, menjelaskan temuan awal berasal dari pengiriman pertama berisi sembilan kontainer. Material yang dikirim dari Filipina itu terdeteksi mengandung zat radioaktif setelah melalui pemeriksaan di fasilitas pendeteksi milik pemerintah.
“Shipment pertama sembilan kontainer yang berisi zinc powder atau konsentrat zinc untuk produksi baja. Dari hasil pemeriksaan, memang terdeteksi kontaminasi. Setelah dikonfirmasi dengan alat pemantau radiasi, kami langsung hentikan dan dikembalikan ke Filipina,” kata Bara dalam acara jumpa pers di Jakarta, Rabu (29/10).
Ia menyatakan pengiriman kedua yang juga berisi bubuk zinc dari Filipina turut terindikasi masalah serupa dan segera dipulangkan.
“Totalnya ada 23 kontainer yang semuanya berasal dari Filipina,” katanya.
Dengan pengembalian seluruh kontainer ini, pemerintah menegaskan komitmennya dalam menjaga keselamatan masyarakat serta mencegah masuknya bahan berbahaya ke dalam negeri.
“Kami bertindak cepat, karena keselamatan publik adalah prioritas,” kata Bara.
Sementara itu, laporan Bloomberg, Rabu (29/10), menyebutkan kapal pengangkut bubuk zinc yang dikembalikan kini dikabarkan tertahan di lepas pantai Manila. Menurut laporan otoritas Filipina, kargo tersebut diekspor ke Indonesia oleh Zannwann International Trading Corp., perusahaan perdagangan asal Cina yang memiliki kantor di Filipina.
Menanggapi hal ini, Haendra Subekti, Deputi Bidang Pengkajian Keselamatan Nuklir Bapeten, mengatakan pihaknya telah memperkuat pengawasan melalui Radiation Portal Monitor (RPM) di pelabuhan-pelabuhan besar. Saat ini, terdapat 20 unit RPM yang tersebar di berbagai pelabuhan utama, seperti Belawan, Makassar, Bitung, Tanjung Priok, dan Tanjung Perak.
“Bapeten sudah membuat kebijakan strategis dan berkoordinasi dengan Dirjen Bea dan Cukai untuk memperkuat pengawasan. Pemasangan RPM memang membutuhkan biaya, tetapi di pelabuhan-pelabuhan kecil yang tidak ramai, pemerintah akan melakukan intervensi untuk pemasangannya,” ujar Haendra.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya mencegah masuknya bahan berpotensi berbahaya ke Indonesia, khususnya yang mengandung radionuklida seperti cesium-137. Isotop buatan ini umumnya digunakan untuk peralatan medis dan alat pengukur industri, tapi paparan terhadapnya dapat meningkatkan risiko kanker, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat.
Kasus ini menjadi perhatian setelah US Food and Drug Administration (FDA) pada Agustus lalu menemukan jejak cesium-137 dalam pengiriman udang beku asal Indonesia. Temuan itu bahkan membuat sejumlah ritel besar seperti Walmart menarik produknya dari pasaran.

















