Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kronologi Ditemukan Kontaminasi Radioaktif Cs-137 di Udang Indonesia

udang fresh
ilustrasi udang (pexels.com/Engin Akyurt)
Intinya sih...
  • Temuan FDA: Udang dan cengkih Indonesia terkontaminasi Cs-137, dilarang masuk AS
  • Pemerintah Indonesia menetapkan Kawasan Industri Cikande sebagai Kejadian Khusus Cemaran Radiasi Cs-137
  • Dampak terhadap ekspor udang dan cengkih: ancaman besar bagi posisi Indonesia dalam perdagangan global
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE — Dunia ekspor Indonesia kembali diterpa isu serius setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menemukan paparan radioaktif Cesium-137 (Cs-137) pada produk udang beku dan cengkih asal Indonesia. Produk tersebut berasal dari PT Bahari Makmur Sejati (BMS) untuk udang dan PT Natural Java Spice (Natural Java) untuk cengkih.

Temuan ini membuat FDA bersama otoritas bea dan cukai AS melarang seluruh pengiriman kedua komoditas tersebut masuk ke pasar mereka. Bahkan, produk udang BMS yang sempat beredar di gerai ritel AS diperintahkan untuk ditarik dan tidak boleh dikonsumsi. Meski FDA menyebut kadar kontaminasi tidak sampai mengancam pasar ritel secara langsung, keputusan ini tetap menjadi pukulan telak bagi ekspor unggulan Indonesia.

Lantas, bagaimana kronologi temuan Cs-137 ini? Berikut rangkuman kronologi ditemukannya kontaminasi radioaktif cs-137 di udang Indonesia.

Awal mula temuan FDA

Pada Agustus 2025, FDA mendeteksi adanya paparan Cs-137 dalam sampel udang beku asal Indonesia. Hasil pemeriksaan ini diumumkan pada 19 Agustus 2025, di mana FDA menegaskan bahwa udang tersebut berasal dari PT Bahari Makmur Sejati.

Tak lama kemudian, pada 18 September 2025, FDA merilis Import Alert 99-51 yang memasukkan nama PT Natural Java Spice ke daftar merah. Produk rempah-rempah dari perusahaan ini juga dilarang masuk AS setelah salah satu sampelnya, yaitu cengkih, dinyatakan terpapar Cs-137.

FDA beralasan, meskipun dosis rendah, paparan Cs-137 bisa berdampak buruk bagi kesehatan jika dikonsumsi terus-menerus. Oleh karena itu, mereka melarang konsumsi, distribusi ulang, maupun masuknya produk ke pasar AS.

Penelusuran pemerintah Indonesia

Pemerintah Indonesia segera bergerak cepat setelah laporan FDA tersebut. Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq, menyebut bahwa sumber kontaminasi berasal dari material slag hasil peleburan besi yang mengandung Cs-137 di Kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten.

Bubuk besi tersebut tercampur dalam kontainer yang digunakan untuk mengangkut udang. Akibatnya, beberapa produk ikut terkontaminasi. Investigasi lebih lanjut juga menemukan 14 kontainer di Tanjung Priok yang membawa bubuk scrap mengandung Cs-137 dari Filipina. Kontainer inilah yang kemudian memicu kasus besar ini.

Pemerintah menetapkan Kawasan Industri Cikande sebagai Kejadian Khusus Cemaran Radiasi Cs-137. Seluruh aktivitas di kawasan itu kini berada di bawah kendali Satgas Penanganan Radiasi, dengan pengawasan ketat dari BAPETEN, BRIN, serta Brimob Polri.

Hasil investigasi dan langkah penanganan

Hingga awal Oktober 2025, Satgas telah mengidentifikasi 10 titik kontaminasi dengan intensitas radiasi berbeda. Dua titik telah berhasil didekontaminasi dan material radioaktifnya dipindahkan ke gudang PT Peter Metal Technology Indonesia.

Pemeriksaan kesehatan juga dilakukan terhadap 1.562 pekerja dan masyarakat sekitar Cikande, dengan hasil 9 orang terpapar radiasi Cs-137. Mereka langsung mendapat penanganan medis dengan obat khusus yang didatangkan dari Singapura.

Menurut Hanif, proses dekontaminasi diperkirakan memerlukan waktu beberapa bulan agar kawasan benar-benar pulih. Namun, ia menegaskan bahwa situasi kini terkendali dan masyarakat tidak perlu panik.

Dampak terhadap ekspor udang dan cengkih

Kasus ini menimbulkan kekhawatiran besar karena udang dan cengkih adalah komoditas ekspor unggulan Indonesia ke AS.

  • Ekspor udang: 63,2% dikirim ke AS, dengan nilai 477,29 juta dolar AS pada semester I 2024.
  • Ekspor cengkih: naik dua kali lipat dalam 5 tahun, dari 7,02 juta (2020) dolar AS menjadi 13,7 juta dolar AS (2024).

Larangan FDA jelas mengancam posisi Indonesia sebagai pemain besar dalam perdagangan global kedua komoditas tersebut. Pemerintah pun menegaskan bahwa kontaminasi hanya terjadi di Cikande dan tidak menyebar ke rantai pasok nasional.

Kasus kontaminasi Cs-137 pada udang dan cengkih Indonesia memperlihatkan betapa rentannya rantai pasok pangan terhadap cemaran radioaktif. Meski pemerintah bergerak cepat, dampak terhadap citra ekspor Indonesia tetap menjadi tantangan besar. Proses dekontaminasi yang tengah berlangsung menjadi ujian penting agar kasus serupa tidak terulang, sekaligus memastikan kepercayaan pasar internasional kembali pulih.

FAQ seputar kontaminasi Radionuklida Cs-137

1. Radiasi Cs-137 itu apa?

Radiasi Cs-137 adalah radiasi beta dan gamma yang dipancarkan ketika unsur ini meluruh. Radiasi tersebut berbahaya karena bisa merusak jaringan tubuh, memicu kanker, serta mencemari lingkungan dalam jangka panjang.

2. Bagaimana Cesium-137 ditemukan?

Cs-137 pertama kali dihasilkan pada era percobaan nuklir sekitar tahun 1940-an. Unsur ini tidak ditemukan secara alami di bumi, melainkan merupakan hasil fisi nuklir dari uranium dan plutonium.

3. Bagaimana cara menghasilkan Cs-137?

Cs-137 diproduksi melalui reaksi fisi nuklir di reaktor atau ledakan nuklir. Hasil sampingannya biasanya terdapat pada limbah reaktor nuklir atau material radioaktif dari aktivitas industri logam.

4. Apakah Cesium-137 ada sebelum tahun 1945?

Tidak. Sebelum era percobaan senjata nuklir pada 1945, Cs-137 tidak ada di bumi. Unsur ini baru muncul sebagai produk sampingan fisi nuklir setelah manusia mulai mengembangkan teknologi nuklir.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yunisda DS
EditorYunisda DS
Follow Us

Latest in News

See More

ExxonMobil, Chevron, dan Conoco PHK Karyawan, Apa Penyebabnya?

06 Okt 2025, 06:54 WIBNews