Airlangga Akan Kirim Delegasi ke AS, Pastikan Kesepakatan Tetap Jalan

- Airlangga memastikan kesepakatan dagang Indonesia-AS tetap berlanjut
- Delegasi Indonesia akan dikirim ke AS untuk merampungkan pembahasan teknis perjanjian
- Pemerintah menegaskan proses negosiasi masih berlangsung
Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memastikan pembahasan kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat tetap berlanjut di tengah pemberitaan soal potensi gagalnya perjanjian tarif resiprokal kedua negara.
Dia menyampaikanhal tersebut usai melakukan pertemuan daring dengan perwakilan United States Trade Representative (USTR), Jamieson Greer, pada Kamis malam (11/12).
Pemerintah Indonesia akan mengirimkan delegasi ke Washington pekan depan untuk merampungkan pembahasan teknis perjanjian tersebut.
“Harapannya sampai akhir tahun ini apa yang sudah diperjanjikan oleh [Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Donald Trump] bisa dituangkan di dalam draft agreement,” kata Airlangga di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (12/12).
Dalam pertemuan dengan USTR, kedua pihak sepakat menyelesaikan seluruh komitmen yang telah disampaikan dalam leaders declaration pada 22 Juli lalu.
Hasil pembahasan itu juga telah dituangkan dalam joint statement yang diumumkan Gedung Putih pada 22 Juli waktu setempat.
Kerangka kerja tersebut meliputi penurunan tarif resiprokal antara AS dan Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen.
Airlangga telah melaporkan perkembangan terbaru ini kepada Prabowo pada Jumat pagi, yang menekankan agar pembahasan perjanjian dagang Indonesia–AS dapat dituntaskan pada 2025.
Di sisi lain, Airlangga membantah kabar yang menyebut kesepakatan tarif dagang kedua negara terancam gagal akibat mundurnya Indonesia dari komitmen yang disepakati.
Namun, ketika ditanya lebih jauh mengenai isu ketegangan tersebut, Airlangga tidak memberikan penjelasan gamblang.
“Itu perjanjian yang bukan dengan Indonesia, jadi berbeda. Itu akan kita finalkan minggu depan,” ujarnya.
Dia menilai dinamika seperti ini wajar dalam negosiasi dagang internasional. Ia mencontohkan proses perjanjian dagang antara Indonesia dan Eropa yang memerlukan waktu hingga 10 tahun.
“Dengan AS belum setahun,” katanya.
Sebelumnya, Reuters mewartakan pejabat Washington kian frustrasi terhadap langkah pemerintah Indonesia yang dinilai menarik kembali sejumlah komitmen yang telah disepakati.
Pejabat AS yang enggan disebutkan identitasnya itu bahkan menyebut Indonesia tengah menafsirkan ulang ketentuan yang berpotensi membuat perjanjian lebih merugikan bagi AS.
Financial Times juga memberitakan Indonesia secara terang-terangan menyampaikan ketidakmampuan menjalankan komitmen yang bersifat mengikat, serta ingin menegosiasikan ulang beberapa poin kesepakatan.
Situasi ini, menurut sumber tersebut, dinilai “bermasalah” dan membuat Indonesia berisiko kehilangan kesepakatan dagang tersebut.
Meski demikian, pemerintah melalui Airlangga menegaskan kembali bahwa proses negosiasi masih berlangsung dan tim Indonesia akan segera bertolak ke AS untuk memastikan pembahasan tetap berjalan sesuai rencana.


















