Diperkuat Hashim dan Jimly, Think Tank 'Prasasti Center' Diluncurkan

Intinya sih...
Peluncuran lembaga think tank independen Prasasti Center for Policy Studies melibatkan tokoh nasional lintas sektor.
Prasasti hadir sebagai ruang kajian strategis yang menjembatani kepentingan pemerintah, industri, serta masyarakat sipil seperti petani dan nelayan.
Nama Prasasti dipilih sebagai simbol kebijakan publik yang memiliki makna historis dan strategis.
Jakarta, FORTUNE - Sejumlah tokoh elite nasional lintas-sektor, termasuk adik Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie, resmi meluncurkan lembaga think tank independen, Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti), pada Senin (30/6).
Lembaga ini diposisikan sebagai wadah kajian strategis untuk menjembatani kepentingan pemerintah, industri, dan masyarakat sipil dalam merumuskan kebijakan publik berbasis data dan visi jangka panjang. Kehadirannya dinilai krusial di tengah minimnya jumlah lembaga kajian di Indonesia.
Mantan Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah, menyoroti fakta bahwa Indonesia hanya memiliki sekitar 37 think tank. Jumlah ini tertinggal jauh dari Amerika Serikat (lebih dari 2.000), Tiongkok (1.400), bahkan Vietnam (180).
“Di tengah perubahan global yang begitu dinamis, Indonesia membutuhkan lebih banyak mitra dialog strategis. Bukan hanya reaktif, tapi mampu membaca peluang dan merumuskan kebijakan berbasis ilmu,” kata Burhanuddin dalam sambutannya di Jakarta, dikutip Selasa (1/7).
Hashim, yang juga menjabat Dewan Penasihat Prasasti, menekankan pentingnya strategi matang untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam dan posisi geografis Indonesia.
“Indonesia punya segalanya: kekayaan laut, tambang, kualitas manusia, dan posisi di jalur perdagangan dunia. Tapi tanpa strategi yang matang, semua potensi ini bisa lewat begitu saja. Prasasti hadir untuk memastikan kebijakan publik kita relevan, berdampak, dan bisa dilaksanakan,” ujar Hashim.
Nama "Prasasti" sendiri dipilih sebagai simbol.
"Seperti halnya prasasti dalam sejarah, kebijakan publik adalah penanda zaman. Kami berharap Prasasti turut menorehkan jejak intelektual dalam arah kebijakan nasional,” kata Burhanuddin.
Sementara itu, Executive Director Prasasti, Nila Marita Indreswari, menjelaskan lembaga ini akan menjadi forum dialog kebijakan yang partisipatif.
“Kami ingin membangun ekosistem kebijakan yang mengundang kontribusi dari berbagai pihak. Dengan cara ini, kita bisa menyusun solusi yang lebih tajam dan aplikatif,” kata Nila, yang sebelumnya menjabat Direktur Komunikasi Korporat di GoTo.
Peluncuran Prasasti Center didukung oleh sejumlah mitra korporasi strategis, antara lain Djarum Foundation dan PT Astra International Tbk sebagai keystone partner. Kadin Indonesia, Panbil Group, PT TBS Energi Utama Tbk, dan Triputra Agro Persada juga tercatat sebagai lead partner.
Tokoh-tokoh yang terlibat
Prasasti diisi oleh deretan tokoh dari kalangan pemerintahan, bisnis, dan akademisi. Berikut adalah susunan lengkapnya:
Dewan Penasihat
Burhanuddin Abdullah: mantan Gubernur BI dan Menko Perekonomian.
Gandi Sulistiyanto: anggota Wantimpres 2023–2024 dan mantan Dubes RI untuk Korea Selatan.
Elyus Achiruddin: Presiden Komisaris PT Triputra Utama Selaras.
Hashim Djojohadikusumo: pendiri PT Arsari Group.
Prijono Sugiarto: Presiden Komisaris PT Astra International Tbk.
Dewan Pengawas
Fuad Bawazier: mantan Menteri Keuangan.
Prof. Ilya Avianti: guru besar Unpad dan mantan Komisioner OJK.
Prof. Jimly Asshiddiqie: Ketua MK pertama.
Laode Masihu Kamaluddin: Rektor Universitas Insan Cendikia Indonesia.
Ronald Waas: mantan Deputi Gubernur BI.
Soedradjad Djiwandono: mantan Gubernur BI.
Dewan Ahli
Arcandra Tahar: mantan Wamen ESDM.
Chatib Basri: mantan Menteri Keuangan.
Erica Soeroto: pakar pembiayaan perumahan.
Halim Alamsyah: mantan Ketua Dewan Komisioner LPS.
Nawal Nely: pejabat Kementerian BUMN.
Pramudya A. Oktavinanda: pakar hukum korporasi.
Tim Manajemen
Executive Director: Nila Marita (mantan Direktur Komunikasi Korporat GoTo).
Direktur Program dan Kebijakan: Piter Abdullah (ekonom senior).
Direktur Riset: Gundy Cahyadi (mantan ekonom regional DBS & OCBC).
Direktur Advokasi dan Komunikasi: Aziz Hasibuan (praktisi media dan public affairs).