NEWS

Indonesia Akan Impor Lithium dari Australia Demi Jadi Produsen Baterai

Pemerintah berfokus untuk memperluas industri hilir.

Indonesia Akan Impor Lithium dari Australia Demi Jadi Produsen BateraiMenteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan saat acara Saratoga Investment Summit 2023, Kamis (26/1). (Dok. Kemenko Marves)
14 February 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, baru saja bertemu dengan Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, di Gedung Parlemen Australia, Selasa (14/02).

Pertemuan ini menjadi salah satu upaya pemerintah untuk menjajaki kerja sama dengan Australia terkait pengadaan lithium untuk ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.

“Saat ini Indonesia berfokus untuk mengembangkan dan memperluas industri hilir, dalam hal ini industri baterai Lithium sebagai sumber energi kendaraan listrik. Untuk memenuhi target kami menjadi produsen baterai lithium terbesar di dunia, kami berharap dapat meningkatkan impor lithium dari Australia,” katanya seperti dikutip dari akun Instagram pribadinya, Selasa (14/02).

Luhut menceritakan pada 2021 Indonesia-Australia telah meneken pernyataan bersama tentang kerja sama ekonomi hijau dan transisi energi.

Menurutnya, ini adalah bukti bahwa kedua negara menginginkan adanya kolaborasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, dan membatasi dampak perubahan iklim dengan mengurangi emisi dan beralih ke ekonomi rendah karbon.

"Pertemuan saya dengan PM Albanese hari ini untuk memperdalam dan memperluas lagi kerja sama perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Australia, yang sempat terhampat karena pandemi dan krisis global beberapa tahun terakhir," ujarnya.

Australia jadi penghasil lithium terbesar di dunia

Dia pun berharap agar pertemuannya dengan PM Albanese bisa membuat kerja sama kedua negara semakin kuat dan konstruktif.

Berdasarkan data US Geological Survey, produksi lithium global melampaui 100.000 metrik ton untuk pertama kalinya pada 2021. Jumlah itu meningkat empat kali lipat ketimbang 2010. Terlebih lagi, sekitar 90 persen produksinya hanya berasal dari tiga negara.

Australia menjadi produsen terbesar dengan memproduksi 55,4 ribu metrik ton atau 52 persen lithium dunia pada 2021.

Sudah melakukan pendekatan dengan pengusaha Australia

Sebelum bertemu dengan PM Albanese, Luhut sempat bertemu dengan para pengusaha lithium di Australia. Pertemuan tersebut dijembatani Australia Indonesia Business Council bersama KJRI Perth.

Menurut Luhut, meskipun Indonesia saat ini dianugerahi dengan kekayaan sumber daya nikel yang cukup besar, namun hal tersebut belum cukup menjadikan negara ini sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia.

"Kita tidak punya Lithium yang notabene menjadi bahan utama pengembangan industri baterai EV," ujar Luhut dikutip dari akun instagram pribadinya, Senin (13/2).

Ia menilai Australia merupakan kandidat terbaik dan mitra potensial bagi Indonesia untuk mengembangkan Industri baterai EV ke depan. Apalagi, setengah dari lithium dunia berada di Negeri Kanguru.



 

Related Topics