Jakarta, FORTUNE - Kementerian Perdagangan atau Kemendag mengincar pasar Cina, India, dan Pakistan untuk meningkatkan ekspor minyak sawit mentah atau CPO. Dalam waktu dekat, Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, akan mengunjungi India untuk mengamankan permintaan porduk turunan kelapa sawit ini.
Langkah tersebut juga bertujuan untuk mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dalam negeri. Keberangkatannya dijadwalkan terjadi berbarengan dengan Hari Raya Dipawali pada 24 Oktober mendatang.
“Cina sudah, India akan, Timur Tengah sudah. Ini pelan-pelan Pak Menteri harus bagi seimbang dalam negeri, dan sekarang luar negeri juga dikejar,” kata Plt. Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, Isy Karim, saat ditemui di Pasar Tomang Barat, Jakarta, Kamis (18/8).
Dia mengatakan kepercayaan diri para pembeli CPO di pasar internasional sudah mulai membaik. Dengan begitu, yang jadi pekerjaan rumah sekarang adalah bagaimana meningkatkan penjualan CPO ke luar negeri.
Porsi ekspor CPO Indonesia
Cina, India, dan Timur Tengah merupakan pasar utama ekspor CPO Indonesia, ujarnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume total ekspor CPO Indonesia pada 2021 mencapai 26,99 juta ton.
Adapun volume ekspor CPO Indonesia ke Cina pada 2021 mencapai 4,7 juta ton. Volume tersebut porsinya mencapai 17,43 persen dari total ekspor CPO nasional, serta tumbuh 7,12 persen dari tahun sebelumnya.
Kemudian, tujuan ekspor CPO Indonesia terbesar berikutnya adalah India, yakni 3,09 juta ton atau 11,44 persen pada 2021, lalu diikuti Pakistan dengan 2,67 juta ton atau 9,91 persen.
Di sisi lain, Isy mengkhawatirkan minimnya pasokan kontainer maupun vessel untuk mengirimkan CPO nasional ke pasar ekspor. Menurutnya, saat ini pasokan kontainer dan vessel dunia sedang didominasi oleh Cina. "Cina lagi gencar-gencarnya membuat cadangan pangan nasionalnya," kata Isy.
India berencana tekan impor CPO
India dikabarkan tengah mengurangi impor minyak sawit secara signifikan dengan mengambil langkah-langkah strategis via pembukaan lahan dan perkebunan kelapa sawit di Telangana.
India mengonsumsi sekitar 24 juta ton minyak nabati per tahun. Sekitar 10,5 juta ton kebutuhannya dipenuhi melalui produksi dalam negeri, sedangkan 13,5 juta ton sisanya impor.
Dari nilai impor, sekitar 8-8,5 juta ton adalah minyak sawit: 45 persen berasal dari Indonesia, dan sisanya dari Malaysia.
Seperti dilansir Reuters, tingginya harga CPO membuat impor India membengkak dan memicu inflasi. Bahkan, pada 2021 impor minyak nabati negara tersebut mencapai US$18,9 miliar, sehingga membuat defisit neraca perdagangan membengkak.
Kini pemerintah India mulai membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit di daerah Telangana. Targetnya 2 juta hektare dalam 4 tahun ke depan. Jika tercapai, maka wilayah tersebut diperkirakan akan bisa menghasilkan CPO hingga 4 juta ton per tahun dalam 7–8 tahun mendatang.