Jakarta, FORTUNE - Perekonomian Indonesia hampir bisa dipastikan akan kembali tumbuh positif pada keseluruhan tahun ini. Namun, bisa jadi, capaiannya belum akan menyamai level rata-rata sebelum pandemi Covid-19. Perlambatan aktivitas akibat pengetatan pembatasan sosial pada kuartal ketiga 2021 disinyalir menjadi faktor utama penghambat prospek ekonomi 2021 untuk tumbuh lebih tinggi.
Bank Pembangunan Asia (ADB) memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 3,5 persen dari 4,5 persen dalam proyeksi sebelumnya. Ramalan tersebut tercantum dalam Asian Development Outlook 2021 Update, September 2021.
ADB memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini akibat perlambatan terutama sejak kuartal ketiga 2020. Ekonomi melambat karena pemerintah harus memperketat kebijakan pembatasan sosial demi membendung kenaikan kasus Covid-19.
Berdasarkan catatan ADB, perlambatan tampak dari sejumlah indikator. Pertama, indeks Purchasing Managers’s Index (PMI Manufaktur) Indonesia yang jatuh pada Juli dan Agustus, yang masing-masing mencapai 40,1 dan 43,7. Padahal, angka PMI sempat ekspansif pada Mei dan Juni pada level 55,3 dan 53,5.
Indikator lain, lanjut ADB, yakni indeks keyakinan konsumen (IKK) Juli yang turun drastis menjadi 80,2. Sebagai perbandingan, IKK pada April mencapai 101,5, mengindikasikan masyarakat kembali optimistis setelah terakhir berada pada kondisi sebaliknya pada April 2020.
“Perekonomian Indonesia mengalami penurunan relatif ringan pada 2020 berkat kebijakan pemerintah yang berani dan tepat waktu untuk memberikan stimulus fiskal dan bantuan sosial kepada mereka yang rentan. Perekonomian terus pulih pada paruh pertama tahun 2021 karena kebijakan tersebut dan ekspor yang kuat,” kata Country Director ADB untuk Indonesia, Jiro Tominaga, Rabu (22/9).
Menurut Jiro, sektor perdagangan dan keuangan global akan menjadi tantangan bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Dia menyebut, penting bagi pemerintah Indonesia untuk untuk terus mengambil langkah-langkah kebijakan terutama demi mengatasi pandemi, mendukung pemulihan ekonomi, dan menerapkan reformasi domestik.
Dia menambahkan, inflasi tahun ini juga diperkirakan masih rendah pada level 1,7 persen, turun dari 2,4 persen dalam perkiraan sebelumnya. Tipisnya inflasi, menurutnya, akibat laju pemulihan ekonomi yang lebih lambat.
ADB bahkan juga memangkas prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 menjadi 4,8 persen. Padahal, perkiraan sebelumnya adalah 5,0 persen. “Risiko penurunan tetap ada termasuk potensi pandemi Covid-19 baru dan gangguan terhadap kegiatan ekonomi Indonesia dan luar negeri,” katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia saat pandemi pertama mewabah pada 2020 terkontraksi 2,07 persen. Sebelum krisis kesehatan merebak, ekonomi Indonesia pada 2019, 2018, dan 2017 berturut-turut tumbuh 5,02 persen, 5,17 persen, dan 5,07 persen.