Jakarta, FORTUNE - CEO Tesla, Elon Musk, akhirnya buka suara ihwal isu PHK serta penghentian rekrutmen tenaga kerja baru di perusahaannya. Dalam penjelasannya kepada media, ia juga mengungkapkan bakal memotong 10 persen gaji karyawannya dalam tiga bulan ke depan untuk merespons potensi resesi Amerika Serikat yang kian jembar.
"(Resesi) Itu belum pasti, tapi sepertinya lebih mungkin daripada tidak," katanya dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters, Selasa (21/6).
Pandangan Elon Musk juga memperkuat proyeksi para eksekutif, termasuk CEO JPMorgan Chase & Co Jamie Dimon dan Presiden Goldman Sachs John Waldron, soal kekhawatiran apakah Amerika Serikat akan masuk ke dalam resesi.
Di level pemerintah, isu tersebut juga telah menjadi perhatian yang berkembang terutama oleh bank sentral AS (The Federal Reserve) dan Kementerian Keuangan.
Presiden AS Joe Biden, misalnya, telah menegaskan pada Senin (20/6) bahwa kemungkinan resesi AS tidak dapat dihindari. Kini negara ekonomi terbesar di dunia itu tengah berjuang untuk mengatasi kenaikan harga bensin dan inflasi, yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun.
Sebelumnya, dalam email kepada Reuters pada 2 Juni silam, Musk mengatakan kepada eksekutif Tesla bahwa dia memiliki "perasaan yang sangat buruk" tentang ekonomi dan bahwa perusahaan perlu memotong staf sekitar 10 persen dan "menghentikan semua perekrutan di seluruh dunia". Sementara kemarin, Tesla secara resmi menyatakan keinginannya untuk meningkatkan jumlah pekerja kontrak yang dibayar per jam dibandingkan dengan gaji tetap.
Pada isu lain, Musk juga mengatakan bahwa dirinya bakal mempertahankan aset mata uang digital dan bermaksud untuk secara pribadi mendukung dogecoin. Berbagai pihak berpandangan bahwa tersebut bisa jadi pemantik kenaikan harga seperti yang pernah ia lakukan pada Februari 2021, ketika mengatakan dirinya melakukan pembelian mata uang kripto senilai US$1,5 miliar dan mengumumkan bahwa Tesla menerima crypto currency sebagai alat pembayaran mobil listrik buatannya.