Jakarta, FORTUNE - Mantan Menteri Lingkungan Hidup era Presiden Soeharto, Emil Salim, mengkritik kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam mengembangkan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Tanah Air.
Ia menilai langkah tersebut tidak mampu menyelesaikan masalah pencemaran udara, dan dianggap tidak bisa membuat Indonesia mencapai target nol emisi karbon atau net zero emissions (NZE) pada 2060.
Pasalnya, perlistrikan di Indonesia masih bertumpu pada batu bara dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang sepenuhnya dikelola PT PLN (Persero).
"Betul kita mengubah mobil dengan listrik. Tetapi ketika listrik yang kita pakai di mobil lemah perlu di-charge, ke mana men-charge baterai itu? Ke listrik PLN. Dan dari mana listrik PLN? Batu bara," kata Emil dalam acara Dialog Nasional Antisipasi Dampak Perubahan untuk Pembangunan Indonesia Emas 2045 yang disiarkan secara virtual, Senin (21/8)
Menurut Emil, peningkatan polusi udara saat ini berakar pada kebijakan energi Indonesia yang masih mengandalkan energi fosil—termasuk batu bara—untuk memenuhi energi dalam negeri.
Emil tidak menampik penggunaan mobil listrik lebih ramah lingkungan. Namun, selama masih bergantung pada listrik yang bersumber pada batu bara, dia menilai kebijakan tersebut hanya menggeser pencemaran udara dari bahan bakar minyak (BBM) ke batu bara.
"Ada kegalauan kebijakan di sepanjang upaya pengurangan emisi ini. Saya melihat belum ada ketegasan bahwa kita mau mengendalikan CO2 agar bisa mengendalikan perubahan iklim," ujarnya.
Oleh karena itu, penting untuk mendorong kebijakan mempensiunkan PLTU berbasis batu bara untuk bisa segera terwujud supaya negeri ini dapat lebih cepat mencapai target nol emisi pada 2030.