Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
FOTO Bali Festival_Popper's Triangle.jpg
FOTO Bali Festival Dimulai di Nuanu: Sebuah Sejarah Baru untuk Fotografi

Bali, FORTUNE - Sebuah sejarah baru dalam lanskap seni dan budaya Indonesia dimulai hari ini, dengan dibukanya FOTO Bali Festival edisi pertama di Nuanu Creative City. Diikuti oleh 34 seniman dari 10 negara dengan total 32 proyek fotografi (241 print, 3 multimedia, dan 5 buku foto), festival ini akan berlangsung selama 23 hari. FOTO Bali Festival akan dipenuhi oleh pameran, lokakarya (workshop), dialog, dan tur, sebuah standar baru bagi acara fotografi kontemporer di Bali. 

“Seni merupakan inti dari kawasan ini, dan terselenggaranya FOTO Bali Festival sangat berarti bagi kami, karena sebagai medium, fotografi merupakan contoh nyata bertemunya dunia nyata dan seni,” kata Lev Kroll, CEO Nuanu Creative City. “Sungguh sebuah kehormatan bagi untuk menyambut para seniman, melalui karya-karya mereka yang menjelajahi seluk beluk kehidupan. Mendukung para seniman dan membuat ruang untuk berdiskusi tentang seni—kemudian membawa diskusi ini langsung ke pengunjung dan mitra— adalah cara kami menciptakan nilai untuk kawasan kreatif yang sedang kami bangun ini.”

Tema LIFE—KEHIDUPAN—dipilih karena keterbukaannya, karena pengalaman yang beragam tanpa ada satu definisi yang melekat. Tema ini memberikan ruang bagi para seniman untuk melihat kembali apa makna hidup, duka, memori, dan mulai kembali. Karya seni dalam festival ini mencerminkan kesedihan, keintiman, ketahanan, dan kebaruan, masing-masing dibentuk dari pengalaman pribadi dan konteks budayanya. Sebagai awal perjalanan FOTO Bali Festival, LIFE akan terasa sederhana dan luas. 

“Proses kurasi membawa kami menelaah kembali ruang yang sering terlupakan,” kata Ng Swan Ti dan Gatari Surya Kusuma, Tim Kurator FOTO Bali Festival 2025. “Kami terhipnotis dengan seniman yang nyaman dengan ketidakpastian. Selama proses kurasi, kami ditantang dan diminta untuk melambat dan tetap terbuka. Ini terjadi karena kepercayaan Nuanu, kami tidak ditekan untuk harus menjelaskan, hanya kebebasan untuk membangun. Nilai ini menjadi landasan dari festival ini.”

Pameran ini akan hadir dalam tiga lokasi outdoor dan indoor: Labyrinth Art Gallery, Labyrinth Garden, dan Popper’s Triangle, masing-masing didesain untuk memberikan nuansa visual storytelling yang berbeda. FOTO Bali Festival 2025 diikuti oleh seniman dari Asia Tenggara dan luar, seperti: Ali Monis Naqvi, Arum Dayu, Atal Pamo, Azkaluna, Carolina Krieger, Catharine Neilson, Divya Cowasji, Ennuh Tiu, Gabriella Morton, Gorkey Patwal & Anubha Verma, I Wayan Ade Saputra, Karolina Gembara, Kim Hak, Kresnanta, Lê Nguyên Phương, Mediana Tahir, Rangga Yudhistira & Wulang Sunu, Reza Kutjh, Rivo Abdulhaq, Rony Zakaria, Rugun Sirait, Ryan Andrew, Shindy Lestari, Shwe Wutt Hmon, Sophal Neak, Swastik Pal, Tomasz Lazar, Vickram Sombu, Yoese Mariam, Yoppy Pieter, Yusi Yuansa, dan Zishaan A Latif.

“Festival ini adalah sebuah pengingat akan apa yang mungkin terjadi ketika sekelompok orang yang benar-benar peduli terhadap seni berkumpul dan berkolaborasi,” kata Kelsang Dolma, Direktur Festival FOTO Bali Festival. “Saya bangga sekali dengan apa yang sudah dibangun oleh tim ini—cepat, matang, dan dengan sepenuh hati. Sebagai edisi pertama, respon yang kami terima sangat beragam, dan ini menjadi sumber motivasi untuk terus maju ke depan. Fotografi tidak selalu mendapat ruang yang pantas di belahan wilayah ini. Inilah cara kami memulai untuk mengubah itu.”

Selain pameran, rangkaian acara festival ini terdiri dari kurang lebih 25 sesi diskusi yang dipimpin oleh lebih dari 20 pembicara dan fasilitator. Programnya sangat beragam, mulai dari eksperimen ruang gelap dan laboratorium visual storytelling sampai diskusi panel dan tur, dipimpin oleh figur-figur penting di dunia fotografi kontemporer. Mulai dari Beawiharta, jurnalis foto veteran yang dikenal dengan narasi manusia yang apa adanya; Edy Purnomo, yang membuat jembatan antara memori dan gambar melalui edukasi dan praktik; dan Film Photography Club, sebuah kolektif yang berdedikasi untuk menghidupkan kembali teknik-teknik analog melalui lokakarya ruang gelap. Acara ini akan diikuti oleh fotografer dokumenter dan dosen asal Manila, Veejay Villafranca, dan dari India, Anshika Varma, seorang kurator, publisher, dan juga seniman yang mengeksplorasi budaya visual dari berbagai disiplin.  

Pembukaan FOTO Bali Festival akan dilengkapi dengan Nuanu Nights, acara bulanan yang merayakan, musik, budaya, dan gerakan di seluruh kawasan. Beberapa sorotan acara dalam Nuanu Nights termasuk performa khusus di instalasi seni ikonik karya Daniel Popper, Earth Sentinels, tarian tradisional di Amphitheatre, dan pertunjukan musik langsung yang diadakan sepanjang malam. 

Editorial Team