NEWS

Dirut PLN: Isi Baterai Motor Listrik Setara 1 Liter BBM Cuma Rp4.500

PLN uji coba 16 unit SPBKLU di Jakarta.

Dirut PLN: Isi Baterai Motor Listrik Setara 1 Liter BBM Cuma Rp4.500Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo (tengah) didampingi Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril (kanan) dalam kegiatan PLN E-Mobility Day di Bali, Minggu (24/7). (ANTARAFOTO/Fikri Yusuf)
12 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo memaparkan perbandingan biaya isi ulang baterai motor listrik yang jauh lebih murah ketimbang harga BBM. Bahkan, kata dia, ongkos yang dikeluarkan tak sampai setengah dari harga bensin per liter. 

"Satu liter bensin saat ini Rp15 ribu. Kalau listrik menggunakan baterai chargingnya mungkin sekitar Rp4.500-Rp5.000," ujarnya dalam Investor Daily Summit 2022, Selasa (11/10).

Selain itu, tutur Darmawan, isi ulang baterai motor listrik juga sangat mudah dilakukan dengan hadirnya Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) milik PT PLN. Di SPBKLU pengguna motor listrik cukup menukarkan baterainya ke SPKBLU dan tidak perlu lagi menunggu pengisian daya listrik.

"Kami juga membangun namanya swap station, SPBKLU. Kami kerja sama dengan Grab. Kami kerja sama juga dengan banyak sekali pabrikan, dari Geists, Viar, Volta, Smooth, Celis, semuanya kami kerja sama dan kami di sini juga membuat swap station, dan kami langsung kami sambungkan dengan aplikasi kami di PLN Mobile," terangnya.

Meski demikian, jelas Darmawan, biaya kepemilikan kendaraan listrik saat ini memang masih lebih besar ketimbang motor BBM. Untuk kendaraan roda listrik roda dua dengan kapasitas mesin 110 cc, misalnya, ia menyebut kisaran harganya masih di angka Rp24-25 juta.

"Honda Beat dengan Yamaha Mio. Itu 110 cc. Harganya Rp17,5 juta. Itu lah motor yang paling laku. Motor sejuta umat. Motor listrik yang sejajar dengan horse power yang mirip itu harganya masih mahal," tuturnya.

Dengan kondisi tersebut, menurutnya, konsumen akan cenderung berpikir ulang untuk membeli kendaraan listrik. Sebab, meski biaya operasionalnya lebih murah, butuh waktu 3-4 tahun agar nilai kepemilikannya sama dengan kendaraan BBM.

"Maka butuh waktu. Begitu harganya turun, dia lebih kompetitif. Demikian pula dengan mobil listrik. Mobil listrik sekitar Rp600-650 juta. Artinya ada cost saving tetapi biaya lebih mahal paybacknya sekitar 3-4 tahun," tuturnya.

PLN Targetkan 70 unit SPBKLU

Darmawan menuturkan, PLN menargetkan pengoperasian 70 unit SPBKLU pada tahun ini. Hingga September 2022, PLN telah lebih dulu melakukan uji coba operasional 16 unit SPBKLU yang ada di Jakarta. SPBKLU ini merupakan bagian dari kerja sama antara PLN - BRIN - Grab dan Viar

Pada Oktober, PLN akan menambah 4 unit lagi SPBKLU dan 50 unit SPBKLU di bulan Desember. "SPBKLU ini infrastruktur penting dalam mendorong masifnya kendaraan listrik di Indonesia. Mengingat, untuk bisa mendorong pertumbuhan kendaraan listrik banyak didorong dari kendaraan roda dua. Ditambah saat ini harga motor listrik sudah bersaing dengan motor berbahan bakar minyak," tuturnya.

Untuk mendorong tumbuhnya SPBKLU, PLN juga menyiapkan skema kerja sama franchise SPBKLU. Calon mitra dapat berperan sebagai penyedia fasilitas isi daya kendaraan listrik, penyedia lahan maupun properti, serta penyedia operasional dan pemeliharaan SPBKLU.

Dalam kerja sama franchise SPBKLU yang disediakan PLN, calon mitra dapat berperan sebagai penyedia fasilitas isi daya kendaraan listrik, penyedia lahan maupun properti, serta penyedia operasional dan pemeliharaan SPBKLU.

"Salah satu skema partnership yang ditawarkan PLN adalah franchise, di mana mitra tidak perlu direpotkan dengan perizinan, penyediaan peralatan, pemeliharaan serta aplikasi pendukung dalam infrastruktur pengisian ulang kendaraan listrik," ungkap Darmawan.

Darmawan berharap dengan semakin banyaknya jumlah SPBKLU dapat mendukung terbangunnya ekosistem kendaraan listrik guna mempercepat transisi energi bersih di Tanah Air.

Dari sisi emisi, lanjut Darmawan, sektor transportasi menyumbang 280 juta ton CO2e per tahun. Ini menjadi salah satu penyumbang emisi karbon dan beban subsidi tertinggi di Indonesia. Jika dibiarkan tanpa intervensi maka pada tahun 2060 akan menjadi 860 juta ton CO2e.  

Darmawan menuturkan, penggunaan kendaraan listrik lebih ramah lingkungan dibandingkan kendaraan BBM. Dari perhitungan 1 liter BBM sama dengan 1,2 kWh listrik. Emisi karbon 1 liter BBM itu 2,4 kilogram. Sedangkan 1 kWh listrik pada sistem kelistrikan di Indonesia, emisinya hanya sekitar 0,85 kg CO2e. Artinya kalau 1,2 kWh, emisinya sekitar 1,1 kg CO2e. 

"Dengan menggunakan kendaraan listrik maka kita sudah menjadi bagian dalam mengurangi emisi karbon lebih dari 50 persen," katanya.

Related Topics