Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ponsel terlaris 2024
iPhone 16 Pro Max (Dok. apple.com)

Jakarta, FORTUNE - Apple bergerak cepat untuk menghindari gelombang tarif baru yang diberlakukan pemerintah Amerika Serikat. Dalam waktu hanya tiga hari pada akhir Maret, perusahaan teknologi raksasa ini menerbangkan lima pesawat kargo berisi iPhone dan produk lainnya dari India ke AS. Langkah ini diambil untuk menghindari beban tarif impor sebesar 10 persen yang mulai berlaku pada 5 April.

“Pabrik-pabrik di India, Tiongkok, dan lokasi utama lainnya telah mengirimkan produk ke AS dalam antisipasi terhadap tarif yang lebih tinggi,” ungkap seorang sumber yang mengetahui logistik Apple, melansir Times of India pada Rabu (9/4).

Upaya ini memungkinkan Apple untuk menumpuk stok di AS sebelum tarif berlaku, demi menjaga kestabilan harga di pasar. “Persediaan yang tiba dengan bea masuk lebih rendah akan secara sementara melindungi perusahaan dari harga yang lebih tinggi yang harus dibayar untuk pengiriman baru di bawah tarif pajak yang direvisi,” tambah sumber tersebut.

Gudang-gudang Apple di AS kini dikabarkan telah terisi penuh untuk memenuhi permintaan dalam beberapa bulan ke depan. Namun, jika harga pada akhirnya harus disesuaikan, perubahan tersebut tidak hanya akan berlaku di AS, melainkan juga di pasar internasional utama seperti India.

Harga iPhone diprediksi melonjak

Meski sudah melakukan strategi logistik agresif, Apple tak bisa sepenuhnya menghindar dari dampak jangka menengah. Analis UBS memprediksi harga iPhone 16 Pro Max — model paling premium Apple yang saat ini dijual US$1.199 — bisa naik hingga US$350, atau hampir 30 persen, jika diproduksi di Tiongkok.

Sementara untuk iPhone 16 Pro seharga US$999, kenaikannya diperkirakan lebih ringan, yakni sekitar US$120, apabila produksinya dialihkan ke India.

“Berdasarkan pemeriksaan yang kami lakukan di tingkat perusahaan, terdapat banyak ketidakpastian mengenai bagaimana pembagian biaya tambahan akan dilakukan dengan pemasok, sejauh mana biaya tersebut dapat dialihkan ke pelanggan akhir, dan berapa lama tarif ini akan berlaku,” tulis analis UBS, Sundeep Gantori, dalam laporannya.

Tarif Trump juga berdampak ke pasar dan produksi. Kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif langsung tercermin dalam performa saham Apple. Dalam tiga hari perdagangan terakhir, saham perusahaan anjlok 20 persen, menghapus hampir US$640 miliar dari nilai kapitalisasi pasarnya.

Dengan ancaman tarif baru sebesar 26 persen yang mulai berlaku pada 9 April, Apple kini tengah memetakan ulang strategi produksinya. India diproyeksikan akan mengambil peran lebih besar dalam rantai pasok Apple karena barang ekspor dari India ke AS hanya dikenai tarif 26 persen, jauh lebih ringan dibandingkan 54 persen untuk produk dari Tiongkok. Perbedaan tarif ini menciptakan insentif besar untuk mempercepat relokasi produksi dari Tiongkok ke India.

Menurut laporan, Apple kini menyumbang sebagian besar dari hampir US$9 miliar nilai ekspor smartphone India ke Amerika Serikat. Bahkan, laporan dari The Wall Street Journal menyebutkan AS akan lebih bergantung pada iPhone buatan India untuk menekan efek dari tarif Trump.

Potensi kenaikan harga global dan risiko produksi AS

Beberapa analis memperkirakan Apple akan menaikkan harga di seluruh pasar global. JPMorgan Chase memprediksi kenaikan sekitar 6 persen secara global, sementara Barclays memperingatkan bahwa tanpa penyesuaian harga, laba per saham Apple bisa merosot hingga 15 persen.

Langkah ekstrem seperti memindahkan produksi ke dalam negeri AS dianggap nyaris mustahil. Namun jika dilakukan, analis Wedbush, Dan Ives, memperkirakan harga sebuah iPhone bisa mencapai US$3.500.

Morgan Stanley mencatat bahwa Apple mungkin masih sanggup menyerap biaya tarif tambahan sebesar US$34 miliar per tahun. Namun strategi friendshoring — diversifikasi produksi ke negara-negara seperti India, Vietnam, dan Thailand — tampaknya tak cukup melindungi Apple jika tarif juga diberlakukan di sana.

“Setelah pengumuman tarif timbal balik pekan lalu, hampir tidak ada lagi perbedaan antara friendshoring dan manufaktur di Tiongkok — jika produk tidak dibuat di AS, maka akan dikenai tarif impor yang besar,” tulis Morgan Stanley.

Firma itu juga memperkirakan kenaikan harga lini produk Apple di AS bisa mencapai 17 persen hingga 18 persen. Meski begitu, Apple masih berpeluang mendapat pengecualian dari pemerintah AS untuk beberapa kategori produk.

Editorial Team