Jakarta, FORTUNE - Industri manufaktur atau pengolahan Indonesia terus mencatatkan perbaikan aktivitas di tengah upaya pemulihan ekonomi domestik. Perbaikan itu terekam dalam Purchasing Managers’ Index atau PMI Manufaktur. Industri bahkan sedang ekspansif dan diperkirakan banyak menyerap tenaga kerja.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wiraswasta, mengatakan sektor usahanya secara umum tengah mengalami kenaikan aktivitas berarti. Itu tercermin dari tingkat utilisasi atau kapasitas terpakai di subsektor hulu sebesar 80 sampai 85 persen, naik dari sebelumnya 70 sampai 75 persen.
“Kenapa aktivitasnya bisa naik banyak? Karena banyak market yang ditinggalkan oleh barang-barang impor. Pasar yang ditinggalkan ini membuat demand lokal naik drastis,” katanya kepada Fortune Indonesia, Selasa (2/11).
Aktivitas impor tekstil dan produk tekstil (TPT) tengah terhambat seiring keterbatasan suplai dari Cina, ujarnya, menyusul krisis energi yang melanda negeri tersebut.
Seiring perbaikan aktivitas akibat pertumbuhan sisi permintaan, penyerapan tenaga kerja kemungkinan bakal terdampak. Menurut Redma, industri juga sudah banyak menjalankan perekrutan setelah tenaga kerjanya banyak yang dirumahkan akibat kebijakan pembatasan sosial.
“Nah kuartal keempat kalau memang kondisinya masih sama saya kira akan ekspansif lebih jauh, dan terus baru ada penambahan tenaga kerja,” katanya. Redma optimistis kinerja industrinya akan membaik dengan tingkat utilisasi—khususnya di hulu—mencapai 90 persen hingga akhir tahun.