Jakarta, FORTUNE – Lembaga Analisa Carbon Brief melaporkan, sepanjang 1850-2021, manusia sudah menghasilkan sekitar 2.500 miliar ton karbon dioksida (GtCO2) ke atmosfer. Masalahnya, bila melihat dari sisi sejarah, ada pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas peningkatan emisi karbon yang signifikan.
Editor Carbon Brief, Dr Simon Evans, melaporkan ada korealasi kuat antara jumlah total CO2 yang dilepaskan oleh aktivitas manusia dan tingkat pemanasan di permukaan bumi saat ini. Dua hal utama yang jadi penyebab utama kenaikan emisi CO2 dalam dua abad terakhir adalah penebangan hutan dan penggunaan bahan bakar fosil.
Pada tingkat global, emisi dari penggunaan lahan dan kehutanan memang relatif konsisten selama dua abad terakhir. Pada 1850 emisi yang dihasilkan dari penebangan hutan mencapai 3GtCO2 dan mencapai sekitar 6GtCO2 di 2021, meskipun ada perubahan besar dalam pola deforestasi regional dari waktu ke waktu.
Sementara, emisi dari bahan bakar fosil meningkat dua kali lipat selama 30 tahun terakhir, empat kali lipat selama 60 tahun terakhir, dan meningkat hampir dua belas kali lipat selama satu abad terakhir. Emisi karbon 0.2GtCO2 yang dihasilkan pada tahun 1850 ternyata meningkat signifikan hingga 37GtCO2 pada 2021.
Menurut kajian ini, sebagian besar emisi CO2 saat ini berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, aktivitas manusia, seperti penggundulan hutan, telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total kumulatif.
Kajian dilanjutkan dengan merilis sejumlah negara yang dianggap menjadi penyumbang terbesar emisi karbon di udara dari 1850-2021. Berikut ini ada lima negara yang berada di urutan teratas.