Jokowi di Rakernas PDIP: Ekonomi 60 Negara Akan Ambruk

Jakarta, FORTUNE - Presiden Joko Widodo mengaku mendapat informasi terbaru soal proyeksi ambruknya perekonomian 60 negara imbas krisis global. Saat ini, kata dia, bahkan 42 negara dipastikan menuju kondisi nahas tersebut.
Menurut Jokowi, situasi tersebut membawa kengerian bagi berbagai negara tak terkecuali Indonesia. Sebab, krisis yang dihadapi datang bertubi-tubi dan tak memberikan kesempatan banyak negara untuk masuk dalam fase pemulihan ekonomi.
"Krisis karena pandemi akan pulih, kemudian ada perang, kemudian merembet ke mana-mana. Masuk ke krisis pangan, krisis energi, krisis keuangan. Kalau kita semakin tahu, semakin ngeri. Angka-angkanya diberi tahu, ngeri kita. Bank Dunia menyampaikan, IMF menyampaikan, PBB menyampaikan. Terakhir baru kemarin saya mendapatkan informasi 60 negara akan ambruk ekonominya," ujarnya dalam Rakernas PDIP, Selasa (20/6).
Di sisi lain, ambruknya perekonomian berbagai negara tersebut juga bisa berujung pada kondisi yang lebih buruk dari resesi global. Apalagi, tak ada lembaga multinasional yang dapat memberikan bantuan secara langsung kepada negara-negara yang mengalami krisis berjamaah tersebut.
"42 (negara) dipastikan sudah dipastikan sudah menuju ke sana. Siapa yang mau membantu mereka kalau sudah 42. Mungkin kalau 1-2 negara krisis bisa dibantu negara-negara internasional. Tapi kalau sudah 42, nanti betul dan mencapai 60 betul kita tidak mengerti apa yang harus kita lakukan," jelasnya.
Karena itu lah, menurut Kepala Negara, penting untuk meningkatkan kewaspadaan atas ketidakpastian global yang terjadi saat ini. Pemerintah juga tak bisa bekerja seperti dalam kondisi normal sebab setiap saat krisis keuangan, krisis pangan hingga krisis energi yang mengerikan mengintai berbagai negara.
"Saya kira kita tahu semuanya sudah 1-2 negara yang sudah mengalami itu. Tidak punya cadangan devisa tidak bisa beli BBM, tidak punya cadangan devisa tidak bisa beli pangan. Pangan impor semuanya. Kemudian terjebak juga pada pinjaman utang yang sangat tinggi karena debt ratio sangat tinggi jadi sekali lagi ngeri saya kalau lihat angka-angkanya," jelasnya.