Jakarta, FORTUNE - Pemerintah optimistis Indonesia tidak lagi perlu mengimpor bahan bakar solar mulai tahun depan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, memastikan langkah ini bisa terwujud berkat rampungnya proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan dan dorongan produksi biodiesel 50 persen (B50) yang tengah dipersiapkan pemerintah.
Dia menyampaikan hal tersebut saat menemui Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan dalam sebuah rapat terbatas, Senin (3/11).
“Insya Allah pada 2026 kita enggak akan impor solar lagi. Kenapa? Karena RDMP kilang kita yang di Balikpapan, insya Allah, 10 November ini akan kita resmikan. Kalau kita dorong B50 lagi ke depan, berpotensi pasokan solar kita akan berlebih dan bisa kita ekspor,” kata Bahlil, dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (4/11).
Selesainya RDMP Balikpapan dan penerapan kebijakan B50 akan membawa Indonesia menuju kondisi oversupply solar, dalam hemat sang menteri.
RDMP Balikpapan merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang bertujuan meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi kilang Pertamina. Proyek ini akan memperluas kapasitas pengolahan minyak mentah dan memperkuat kemandirian energi nasional dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar.
Proyek senilai US$7,4 miliar ini diproyeksi bakal meningkatkan kompleksitas kilang dengan penerapan teknologi modern, sehingga mampu menghasilkan bahan bakar berstandar Euro V yang lebih efisien dan ramah lingkungan. 
Setelah beroperasi secara penuh, RDMP Balikpapan juga akan menjadi kilang terbesar di Indonesia.
Mesin kilang tersebut dijadwalkan mulai diaktifkan pada 10 November, kemudian memproduksi bahan bakar minyak (BBM) mulai 17 November 2025. Dengan pengoperasiannya, kapasitas pengolahan minyak mentah nasional akan meningkat signifikan dari 260.000 barel per hari (kbpd) menjadi 360.000 barel per hari (kbpd).
Kilang Balikpapan memiliki dua Crude Distillation Unit (CDU): CDU IV yang ditingkatkan dari kapasitas 200 kbpd menjadi 300 kbpd, serta CDU V dengan kapasitas 60 kbpd.
Peningkatan itu diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar sekaligus memperkuat posisi Pertamina sebagai tulang punggung energi nasional.
Selain menambah kapasitas, proyek RDMP Balikpapan juga mengusung aspek keberlanjutan dan lingkungan. Produk BBM yang dihasilkan nantinya memiliki kandungan sulfur rendah sesuai standar Euro V, sehingga lebih bersih dan ramah bagi lingkungan.
Bahlil memastikan proyek tersebut berjalan sesuai jadwal.
